Dekranasda Kota Yogyakarta perkirakan perajin menengah terdampak MEA

id MEA

Dekranasda Kota Yogyakarta perkirakan perajin menengah terdampak MEA

MEA 2015 (Foto Istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Yogyakarta memperkirakan, perajin kelas menengah akan merasakan dampak paling besar saat perberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan penuh dibanding perajin kelas mikro atas kecil.

"Produk perajin kelas menengah dari Kota Yogyakarta akan bersaing dengan produk dari kelas yang sama dari negara lain. Pesaing paling berat diperkirakan datang dari Thailand," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, perajin kelas menengah di Kota Yogyakarta harus mulai membangun kebanggaan terhadap produknya sehingga konsumen dari tanah air bahkan konsumen mancanegara tetap berminat pada produk yang dihasilkan.

Tri Kirana meyakini, produk dari perajin Kota Yogyakarta khususnya perajin kelas menengah di Yogyakarta tidak kalah bersaing jika dibanding kualitas produk dari negara lain.

"Oleh karena itu, membangun kebanggaan pada `brand� dalam negeri ini sangat penting. Perajin harus menyadari hal itu, agar produknya selalu dicintai dan dicari konsumen," katanya.

Sedangkan perajin kelas mikro dan kecil, lanjut dia, tidak akan terlalu merasakan dampak akibat pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) karena sudah memiliki konsumen yang loyal.

Sebagian besar konsumen yang mencari produk perajin mikro dan kecil adalah wisatawan domestik yang membanjiri Yogyakarta, khususnya Malioboro.

"Produk perajin mikro dan kecil ini memiliki harga yang murah sehingga produknya akan sangat dicari oleh wisatawan saat mencari oleh-oleh. Dengan harga yang murah, mereka bisa membeli barang dalam jumlah banyak," katanya.

Meskipun demikian, lanjut Tri, pihaknya akan terus memberikan pelatihan dan pendampingan kepada seluruh perajin khususnya di bidang pemasaran.

Selama September hingga akhir tahun, akan banyak digelar pameran. Selain untuk membangun ``brand`, pameran juga bisa dimanfaatkan untuk membuka jaringan pemasaran, katanya.

Selain itu, Dekranasda Yogyakarta meminta dukungan pemerintah daerah setempat untuk bisa mempertahankan ketersediaan bahan baku sehingga produk yang dihasilkan memiliki harga terjangkau dengan kualitas baik.

Sumber daya manusia di Yogyakarta yang lebih mahal dibanding daerah lain juga perlu menjadi pencermatan. Mahalnya SDM di Yogyakarta ini lebih disebabkan perajin mengejar kualitas dan bukan kuantitas, katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Suyana mengatakan, perajin sepertinya tidak takut dengan pemberlakukan MEA.

Mungkin belum merasakan dampaknya. Namun, persiapan tetap dilakukan seperti memberikan pelatihan dan meminta mereka untuk selalu berinovasi, katanya. 

(E013)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024