Bantul tidak targetkan kunjungan wisatawan libur Muharram

id parangtritis

Bantul tidak targetkan kunjungan wisatawan libur Muharram

ilustrasi (parangtritis)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata setempat pada libur Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 Hijriah pada 14 Oktober 2015.

"Saya tidak menargetkan karena 1 Suro (1 Muharram) saat ini sudah tidak menjadi idola wisatawan, bagi saya (objek wisata) didatangi sekitar 15 ribu orang sudah bersyukur," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul Bambang Legowo di Bantul, Selasa.

Menurut dia, pihaknya tidak berani menargetkan jumlah kunjungan wisatawan baik pada malam jelang dan pada saat 1 Muharram, karena selama beberapa tahun ini tidak ada lonjakan pengunjung yang signifikan.

Ia mengatakan secara pasti pihaknya tidak mengetahui persis penyebab momentum tahun baru Islam ini bukan lagi menjadi hari favorit bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata, namun diduga karena perkembangan zaman.

"Kami tidak tahu, cuma kalau boleh menduga situasi ini karena syiar agama sudah gencar, sehingga sekarang ini memperingati 1 Suro dengan berkunjung ke pantai sudah tidak menjadi tradisi," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas, jumlah pengunjung pada libur 1 Muharram 1436 Hijriah (2014) sebanyak sekitar 15.900 orang pada malam 1 Suro, sementara pada tanggal 1 Muharram (keesokan harinya) dikunjungi sekitar 18.000 orang.

"Tren memang tidak dapat diprediksi apakah naik atau turun, karena kadang situasi tidak pas, misalnya tidak pas hari libur justru merekan ingin bersenang-senang. Jadi, kalau tahun ini kisarannya paling di angka segitu," kata Bambang.

Sementara itu, terkait dengan persiapan menyambut Muharram, pihaknya menyiapkan sejumlah pentas kesenian, di antaranya pertunjukan wayang orang di komplek Pantai Parangtritis pada 13 Oktober malam, dan labuhan di Pantai Gua Cemara pada 14 Oktober.

"Selain itu juga ada kesenian yang digelar di tengah masyarakat, ada beberapa desa yang mengajukan untuk menggelar kesenian itu, seperti wayang, gamelan dan karawitan," katanya.

KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024