Jakarta, (Antara Jogja) - Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Enny Sri Hartati menilai pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2015 di
angka 4,8 persen adalah yang paling realistis.
"Di sisa akhir tahun 2015 saya kira pertumbuhan ekonomi akan sulit
untuk mencapai lima persen, realistisnya antara 4,7-4,8 persen," kata
Enny yang ditemui di kantor Indef, Jakarta, Jumat.
Menurut Enny, perkiraan tersebut disebabkan lesunya pasar karena
hingga hari ini harga kebutuhan pokok belum terkendali dan tingkat
keyakinan konsumen yang belum maksimal meskipun berbagai kebijakan telah
dikeluarkan oleh pemerintah.
"Memang ada perbaikan, tapi yang jadi persoalan adalah yang
mengalami perbaikan tetap saja itu bukan sektor tradeable, bukan sektor
hasilkan barang tapi jasa, sehingga tidak meningkatkan daya beli
masyarakat secara signifikan," katanya.
Selama yang tumbuh didominasi sektor jasa, lanjut Enny, hampir dapat
dipastikan tidak akan memiliki implikasi untuk penyelesaian dari
persoalan pengangguran dan kemiskinan.
Menurutnya, jika ingin ada percepatan pemulihan ekonomi kuncinya
adalah bagaimana kebijakan stimulus fiskal bisa dengan efektif
mendongkrak daya beli masyarakat dan juga pertumbuhan investasi.
"Insentif fiskal yang selama ini belum mempunyai impact yang begitu
besar terhadap konsumsi rumah tangga yaitu sekitar 4,9 persen,
pertumbuhan investasi juga baru 4,6 persen," katanya.
Enny menjelaskan jika konsumsi rumah tangga tumbuh lagi minimal di
kisaran 5,2 persen minimal dan investasi paling kecil di angka 4,8
persen pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh hingga 4,8 persen.
"Jika mau 5 persen, konsumsi rumah tangga minimal harus di angka
5,4-5,5 persen dan tigkat investasi juga harus di atas 5 persen,"
ujarnya.
Hal tersebut, tambah dia, karena kontribusi konsumsi rumah tangga
dan tingkat investasi Indonesia pengaruhnya hingga 80 persen, sehingga
jika daya beli dan investasi mengalami perbaikan scara signifikan bisa
mempertahankan pertumbuhn ekonomi.
"Hampir dipastikan, sekalipun ekspor kita masih minus tapi bisa
dikompensasi penurunan sektor luar negeri tersebut asal terjadi
percepatan pemulihan daya beli masyarakat dan investasi," katanya
menambahkan.
Dari informasi yang dihimpun Antara, Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III-2015 tumbuh 4,73
persen (year on year), atau lebih baik dari ekonomi pada triwulan I yang
tumbuh 4,72 persen dan triwulan II yang tumbuh 4,67 persen.
Dengan demikian, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi hingga
triwulan III mencapai 4,71 persen, atau lebih baik dari akumulasi
pertumbuhan ekonomi pada semester I-2015 sebesar 4,69 persen.
PDB menurut pengeluaran secara YoY ada di pengeluaran konsumsi
pemerintah 6,56 persen, pengeluaran konsumsi LNPRT (6,39 persen),
pengeluaran konsumsi rumah tangga (4,96 persen), pembentukan modal tetap
bruto (4,62 persen), ekspor (-0,69 persen), dan impor (-6,11 persen).
Pengamat: pertumbuhan ekonomi 4,8 persen 2015 realistis
"Di sisa akhir tahun 2015 saya kira pertumbuhan ekonomi akan sulit untuk mencapai lima persen, realistisnya antara 4,7-4,8 persen"