Saparan Wonolelo Sleman sebar 1,5 ton apem

id apem

Saparan Wonolelo Sleman sebar 1,5 ton apem

Kirab Guungan Apem pada upacara adat Saparan Ki Ageng Wonolelo. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (Antara Jogja) - Masyarakat Dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar upacara adat Saparan Ki Ageng Wonolelo, Jumat sore, dengan puncak acara berupa kirab pusaka dan penyebaran apem seberat 1,5 ton.

Ribuan pengunjung Saparan Ki Ageng Wonolelo dari sekitar Kecamatan Ngemplak dan beberapa wilayah di Sleman tampak antusias berebut kue apem yang disebarkan dari menara makam Ki Ageng Wonolelo. Mereka rela berdesak-desakan untuk mendapatkan kue apem yang diyakini masyarakat dapat mendatangkan berkah.

"Kirab pusaka berawal dari halaman Masjid Ki Ageng Wonolelo menuju makam Ki Ageng Wonolelo sejauh satu kilometer dan dilanjutkan dengan penyebaran ribuan kue apem yang berat totalnya mencapai 1,5 ton," kata Ketua Panitia Saparan Wonolelo 2015 Kawit Sudiyono.

Menurut dia, rangkaian prosesi upacara adat saparan tersebut diawali pada 7 November 2015 dengan pengajian akbar sebagai upaya meneruskan perjuangan Ki Ageng Wonolelo sebagai ulama besar dan penyebar agama Islam.

"Dalam prosesi kirab pusaka ditampilkan semua pusaka peninggalan Ki Ageng Wonolelo, di antaranya kitab Suci Al Quran, Bandil, Baju Onto Kusuma, Kopyah, Tongkat, Potongan Kayu Mustoko Masjid dan tombak," katanya.

Ia mengatakan, selesai prosesi kirab pusaka dilanjutkan dengan penyebaran apem seberat 1,5 ton sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas karunia Tuhan YME yang berupa rejeki, kesehatan, keselamatan dan ketenteraman.

"Apem yang disebarkan tersebut merupakan simbolisme sedekah untuk diperebutkan oleh pengunjung yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan hidup," katanya.

Kawit mengatakan, Ki Ageng Wonolelo dengan nama asli Jumadi Geno merupakan seorang keturunan Prabu Brawijaya V sekaligus sebagai tokoh penyebar agama Islam pada masa kerajaan Mataram. Ia bermukim di Dusun Pondok Wonolelo dan dikenal memiliki ilmu kebatinan yang tinggi pada masa itu.

"Dikarenakan memiliki ilmu yang tinggi, ia pernah diutus Raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkan terhadap Mataram. Ia berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang kemudian membuat nama Ki Ageng Wonolelo atau Jumadi Geno semakin tersohor dari waktu ke waktu. Sehingga semakin banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya," katanya.

Ia mengatakan, sebagai seorang panutan yang memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan berbagai peninggalan yang berupa tapak tilas dan pusaka dan benda keramat lainnya.

"Pusaka, jimat dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo inilah yang kemudian dikirabkan setiap bulan Sapar (Kalender Jawa) pada setiap tahunnya," katanya.

Diselenggarakannya upacara adat Saparan dan Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo, kata dia, adalah untuk mendukung Yogyakarta dan khususnya Sleman sebagai daerah tujuan wisata. Disamping itu juga untuk mengajak generasi muda untuk menggali dan lebih memahami nilai-nilai seni budaya yang adiluhung dan memberikan wahana bagi pertumbuhan kesenian rakyat serta menumbuhkan rasa handarbeni dan kecintaan terhadap seni budaya lokal.

"Terlebih dari itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sebagai pelaku ekonomi selama kegiatan berlangsung," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024