Berbagai kesenian meriahkan "Mangayubagya Jumenengan" PA X

id Jumenengan

Berbagai kesenian meriahkan "Mangayubagya Jumenengan" PA X

Ribuan warga menyambut Kirab Jumenengan KGPAA Paku Alam X. (Foto Antara/ Victorianus Sat Pranyoto) (antara)

Jogja (Antara Jogja)- Berbagai kesenian tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta ditampilkan di Alun-alun Sewandanan Pura Pakualama, Sabtu, untuk memeriahkan acara Pentas Mangayubagya Jumenengan Dalem Paku Alam X.

Ketua Panitia Pentas Mangayubagya Widihasto Wasana Putra di sela acara itu mengatakan pentas itu murni diselenggarakan masyarakat sebagai wujud "mangayubagya" atau menyambut penobatan Paku Alam (PA) X pada 7 Januari 2016.

"Pentas ini murni inisiatif masyarakat sendiri dengan berbagai komunitas kesenian sebagai tanda cinta kepada Paku Alam X," kata Widihasto.

Kesenian tradisional yang ditampilkan di antaranya Sendratari Kolosal Reyog Wayang yang mulai dipentaskan oleh Karang Taruna "Tunas Karang Kemuning" Kulonprogo sebagai pembuka Pentas Mangayubagya Jumeneng Dalem Paku Alam (PA) X.

Acara selanjutnya diikuti dengan penampilan kesenian tradisional lainnya dari Kabupaten Bantul, Sleman, serta Gunung Kidul seperti Reyog Prajuritan, Jathilan, macapat, dan ditutup dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.

Menurut Hasto, keseni tradisional menjadi pilihan untuk merayakan jumeneng atau dinobatkannya PA X karena sejak dahulu kesenian itu memang memiliki hubungan yang erat dengan Pura Pakualaman maupun Keraton Ngayogyakarta sebagai pusat kesenian tradisional.

"Seni tradisi memiliki posisi serta nilai yang penting dalam budaya Jawa," kata dia.

Selain beragam seni tari kolosal, menurut Hasto, seni tembang macapat juga disisipkan dalam pentas tersebut. Macapat, kata dia, sengaja dipilih sebagai bagian dari seni tradisi yang memuat religiusitas kehidupan manusia.

"Tembang macapat isinya puji-pujian terhadap Tuhan serta do`a agar kehidupan manusia yang fana tetap berjalan baik," kata dia.

Sementara itu, untuk pementasan wayang kulit lakon yang dipilih adalah Semar Bangun Khayangan yang dibawakan oleh dalang Ki Simun Cermojoyo. "Lakon itu juga menggambarkan Paku Alam yang baru dalam usahanya membangun kerajaanya untuk mewujudkan ketenteraman serta nguri-uri (merawat) budaya," kata dia.

Ketua Panitia bidang Kesenian Rakyat, Donny S Megananda mengatakan gelaran Pentas Mangayubagya itu akan menjadi penanda permulaan dibukanya kembali pementasan kesenian tradisional yang memang sejak dahulu selalu digelar di Alun-alun Pakualaman secara rutin dua kali dalam sebulan.

(L007)