Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak mampu meningkatkan luas tanam padi dari 10.000 menjadi 13.000 hektare pada 2016 karena jaringan irigasi belum tersedia ke lahan milik petani.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi Harsono di Kulon Progo, Minggu, mengatakan pemerintah pusat dengan program operasi khusus berupaya meningkatkan luasa tanam.
"Di DIY ditargetkan 113 ribu hektare pada 2016, tapi kemampuan setelah dilakukan kalkulasi hanya 109 ribu hektare. Jadi, untuk mencapai target 113 ribu hektare harus ada upaya khusus, salah satunya meningkatkan indek pertanaman (IP)," kata Bambang.
Ia mengatakan di Kabupaten Kulon Progo untuk mencapai target luas tanam 13 ribu hektare, yakni dilakukan dengan cara mencetak sawah baru. Tapi untuk cetak sawah baru, luasannya juga relatif kecil. Pada 2015, pemkab hanya mampu cetak sawah baru seluas 55 hektare, kalau dua kali tanam hanya 110 hektare.
"Dari target 113 ribu hektare - 109 ribu hektare, masih kurang 4.000 hektare. Masing-masing kabupaten di DIY dibebani penambahan luas tanam 1.000 hektare. Ya, cukup berat. Kalau tidak cetak sawah, luasan lahan yang ada sudah maksimal. Kalau pun dituntut harus tersedia, kami harus mencetak sawah baru seluas 500 hektare. Kami terkendala anggaran dan irigasi ," kata Bambang.
Bambang mengatakan pihaknya siap mencetak sawah baru seluas 104 hektare dengan syarat pemerintah provinsi atau pusat memberikan anggaran pembanguan infrastruktur irigasi pada 2016. Potensi cetak sawah baru rencananya di Desa Sidomulyo seluas 50 hektare dan Desa Donomulyo 54 hektare.
"Potensi cetak sawah baru masih dapat bertambah lebih dari 104 hektare, tapi terkendala infrastrutrur jaringan irigasi," kata Bambang.
Ia mengatakan Dispertan telah mengidentifikasi potensi cetak sawah baru dan telah menyusun Survei Investigasi Desain (SID) lahan. Berdasarkan identifikasi dan SID, cetak sawah di Sidomulyo seluas 50 hektare membutuhkan infrastruktur jaringan irigasi yang biayanya Rp6 miliar.
"Kalau hitung-hitungan investasi, cetak sawah seluas 50 hektare dengan biaya Rp6 miliar, akan kembali modal dalam satu tahun. Misalnya satu kali panen menghasilkan 500 ton dan harga gabah kering giling Rp4.000 per kg, maka sekitar Rp2 miliar setiap kali panen," katanya.
Selain di Sidomulyo, lanjut Bambang, potensi cetak sawah baru di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan seluas 54 hektare. Namun, membutuhkan infrastruktur irigasi 300 meter. Irigasi nantinya akan dibuat Talang di Pedukuhan Lengkong dan air yang ditalang berasal dari Kalibawang, serta jaringan irigasi sepanjang dua kilometer. Anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp45 miliar.
"Informasinya, Kementerian Pertanian siap memberikan bantuan anggaran cetak sawah baru sebesar Rp100 miliar. Namun, hingga saat ini kami belum mendapat kepastian," katanya.
(KR-STR)
Berita Lainnya
RI butuh sistem tanam cabai tak terpengaruh cuaca, ungkap Mendag
Senin, 18 Maret 2024 6:58 Wib
PT PLN tanam 100.000 bibit di Gunung Kidul, DIY, untuk program biomassa
Rabu, 6 Maret 2024 6:05 Wib
Ibu Negara Iriana Jokowi membuka Gerakan Tanam Cabai Serentak se-Indonesia di Bogor
Senin, 4 Maret 2024 10:17 Wib
Pemkab: Petani Bantul memulai panen padi musim tanam 2024 pada Maret
Jumat, 23 Februari 2024 11:00 Wib
Elektrifikasi pertanian dorong petani Bantul tanam sayuran
Selasa, 20 Februari 2024 9:14 Wib
Pemkab Bantul imbau masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk tanam cabai
Jumat, 16 Februari 2024 16:22 Wib
Kulon Progo uji coba tanam padi Gamagora di Tuksono
Jumat, 16 Februari 2024 12:37 Wib
TWC menanam 1.200 bibit pohon di destinasi Keraton Ratu Boko
Selasa, 30 Januari 2024 18:18 Wib