DEN: pengelolaan energi perlu difokuskan ke hilir

id energi hilir

DEN: pengelolaan energi perlu difokuskan ke hilir

Energi panas bumi (antaranews.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dewan Energi Nasional mendorong pemerintah mulai memfokuskan pengelolaan energi fosil untuk memperkuat sektor industri hilir agar lebih signifikan menggerakkan perekonomian nasional.

"Jadi sumber daya energi fosil tidak lagi dieksploitasi untuk komoditi tapi berubah menjadi modal pembangunan," kata anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran saat menjadi pembicara dalam Seminar "Optimalisasi Alokasi Gas Keperluan Domestik untuk Pengembangan Industri Nasional" di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis.

Menurut Tumiran, ekspor energi fosil seperti minyak, gas bumi dan batubara perlu dikurangi. Selain disebabkan volumenya yang terbatas, ketiga sumber energi nasional tersebut memiliki dampak ekonomi lebih besar apabila dikelola sebagai bahan baku industri hilir guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dengan kemampuan pemerintah mengalihkan pengelolaan sumber energi dari hulu ke sektor industri hilir, maka Indonesia secara mandiri akan mampu memproduksi substitusi impor bahkan memiliki kemampuan mengekspor berbagai produk turunan dari sumber energi tersebut. "Jika industri itu tumbuh maka kita juga bisa menciptakan lapangan kerja lebih luas," kata dia.

Industri hilir itu, menurut dia, diwujudkan melalui pembangunan industri petrokimia yang mampu mengolah minyak, gas, serta batubara menjadi berbagai produk jadi. Meski demikian, pengoperasian industri petrokimia tersebut juga harus ditopang dengan pasokan energi listrik yang memadai.

"Kalau listriknya ada industri petrokimia akan jalan. Paling tidak kekuatan insfrastruktur listrik harus sampai 1.000 watt per kapita," kata dia.

Ekonom Hendri Saparini berpendapat seiring dengan momentum penurunan harga minyak dunia perubahan paradigma mengenai pemanfaatan sumebr daya energi di Indonesia memang perlu dilakukan.

Ia menilai, hingga saat ini energi di Indonesia, seperti minyak bumi memang lebih banyak diekspor daripada dikelola secara mandiri. Padahal, dengan penurunan harga minyak dunia dengan masih rendahnya produksi minyak nasional, pendapatan negara dari ekspor tersebut justru tidak banyak menguntungkan.

Dengan mengubah paradigma pengelolaan energi nasional ke sektor industri hilir, menurut dia, Indonesia justru lebih berpeluang memanfaatkan situasi pembalikan ekonomi dunia berupa penurunan minyak dunia tersebut.

"Kita akan kehilangan momentum itu kalau tidak segera melakukan paradigma pengelolaan energi dari sekarang," kata dia.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Harjanto tidak menampik pentingnya pentingnya penguatan industri hilir di sektor gas, minyak dan batubara. Sebab kekuatan di sektor industri petrokimia, menjadi salah satu andalan setiap negara maju.

Melalui pembangunan industri hilir, ketiga macam sumber energi nasional tersebut dapat memiliki nilai tambah dan lebih dapat dikelola secara berklanjutan. Ia mencontohkan, untuk cadangan gas sebanyak 200 trilun kubik, misalnya, jika hanya diubah menjadi gas alam cair (LNG) hanya dapat dimanfaatkan hingga 12 tahun. Sedangkan, apabila dikelola melalui industri hilir maka dapat bermanfaat untuk produksi hingga 40 tahun.

(L007)