Kulon Progo kembangkan percontohan agrobisnis tanaman kakao

id tanaman kakao

Kulon Progo kembangkan percontohan agrobisnis tanaman kakao

Ilustrasi tanaman kakao yang mati (Foto ditjenbun.deptan.go.id) (ditjenbun.deptan.go.id)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan percontohan agrobisnis tanaman kakao dalam rangka meningkatkan pendapatan petani setempat.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Muhammad Aris Nugraha di Kulon Progo, Rabu mengatakan agrobisnis kakao dikembangkan di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang.

"Program agrobisni kakao sudah dimulai dari intensifikasi dan rehabilitasi tanaman kakao," katanya.

Ia mengatakan percontohan agrobisnis kakao merupakan program penanganan kakao mulai dari hulu sampai hilir. Program ini dimulai dari penanaman, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian atau on farm. Harapannya, nilai jual kakao menjadi lebih tinggi setelah difermentasi dan sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI).

"Kami melaksanakan penanganan pascapanen dan peningkatan kualitas, serta intensifikasi tanaman," katanya.

Pada 2016, kata Aris, petani menanam kakao terintegrasi dengan ternak. Harapannya petani, selain menanam kakao, juga memelihara ternak. Pengadaan ternak berupa kambing menggunakan anggaran dari APBD provinsi.

"Kami berharap, sistem ini mampu memberdayakan perekonomian petani. Kotoran ternak menjadi pupuk organik dan kembali untuk memupuk tanaman kakao," kata dia.

Selain itu, agrobisnis kakao akan terintegrasi dengan pengembangan agrowisata kebun durian dan Embung Banjaroya.

"Kami akan menggandeng intansi lain untuk percepatan integrasi agrobisnis kakao dan agrowisata Embung Banjaroya," katanya.

Kepala Dispertan Kulon Progo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, luas lahan kakao 3.500 hektare, namun yang produktif hanya 2.100 hektare dengan tingkat produktivitas 0,4 ton per hektare.

"Produktivitas kakao di daerah kita sangat rendah yakni 0,4 ton per hektare. Padahal potensi produksi sebesar 1-1,5 ton per hektare. Kami berupaya memperbaiki tanaman dan kondisi lahan kakao dengan menetapkan desa kawan kakao di Banjaroya," kata Bambang.

Ia mengatakan pengembangan kakao sudah masuk dalam rencana kerja 2013 hingga 2017. Perbaikan dan pengembangan tanaman kakao dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memberikan bibit, pupuk, memperluas lahan kakao. Ke depan, pihaknya sedang mewacanakan penanganan pascapanen dengan membuat permen dan cokelat dari bahan kakao.

Dia mengatakan proyek kawasan kakao di Desa Bajaroya seluas 60 hektare yang tersebar di empat kelompok tani dari Dusun Pantok Wetan, Pantok Kulon, Slanden, dan Banjaran yang berpartisipasi.

Bambang berharap masyarakat bisa fokus mengembangkan kakao sebagai komoditas utama. Pemkab Kulon Progo tidak melarang ada tanaman lain yang dibudidayakan tapi maksimal hanya tiga macam komoditas. Selain kakao yang harus mendominasi, petani Banjaroya juga diketahui menanam durian, kelapa, dan petai.

"Kami mengharapkan kesadaran masyarakat dan keiklasan dalam mengembangkan kawasan kakao dengan memprioritaskan komoditas tanaman," katanya.

(KR-STR)