Bantul belum tingkatkan status penanganan penyakit leptospirosis

id leptospirosis

Bantul belum tingkatkan status penanganan penyakit leptospirosis

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Bantul, (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum meningkatkan status penanganan penyakit leptospirosis, meskipun sudah ada warga setempat yang meninggal setelah menderita penyakit akibat tikus tersebut.

"Belum ada peningkatan status penanganan, status dinaikkan itu ketika trennya (kasus penderita) naik terus, seperti kejadian luar biasa, namun sekarang ini baru naik," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Maya Sintowati Panji di Bantul, Jumat.

Menurut dia, belum tentu saat ada kasus penyakit akan terus meningkat, karena berkaca pada kasus penyakit demam berdarah di Bantul lalu yang mengalami kenaikan, namun kasus penyakit yang disebabkan nyamuk aides aegypti tersebut kemudian turun.

Ia mengatakan, sementara jumlah kasus leptospirosis yang terjadi di Bantul dinilai belum ada tren kenaikan yang berkelanjutan, sehingga pihaknya berharap kasus leptospirosis yang dilaporkan menyerang kalangan petani bisa menurun.

"Harapanya turun (kasus leptospirosis), dan yang penting menggerakan semua untuk waspada dan menjaga pemeliharaan kesehatan, akan tetapi kita akui ini tidak mudah," katanya.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus leptospirosis di Bantul, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat, misalnya dengan penyuluhan-penyuluhan kepada petani untuk menjaga pola hidup, mengingat sebagian besar korban leptospirosis adalah petani.

"Koordinasi dengan Dinas Pertanian itu jelas. Intinya saat ini musim hujan, para petani harus menjaga pemeliharaan kesehatan jangan sampai ada luka terbuka. Jika sakit dan indikasi leptospirosis cepat ke puskemas," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data terakhir selama dua bulan di 2016 jumlah kasus leptospirosis di Bantul sebanyak 15 kasus dengan lima orang di antaranya dilaporkan meninggal, meski saat ini kematian lima orang tersebut belum dipastikan penyebabnya.

"Belum diaudit kematiannya, kasus yang meninggal ini tersebar di beberapa kecamatan seperti Pleret, Bantul dan Pandak. Sebagian besar korban meninggal adalah petani," kata Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Bantul, Pramudi Dharmawan.***4***

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024