Pemkab Bantul ingatkan petani gunakan pupuk berimbang

id petani

Pemkab Bantul ingatkan petani gunakan pupuk berimbang

ilustrasi (Foto antarafoto.com)

Bantul (Antara Jogja) - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingatkan kembali kepada para petani pembudi daya padi menggunakan pupuk secara berimbang guna mendapatkan hasil panenan yang lebih baik.

"Banyak petani kita yang masih memakai pupuk kimia berlebihan, sehingga yang pertama kita lakukan yaitu penganjuran pupuk yang sesuai dulu secara berimbang," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) Bantul, Pulung Haryadi di Bantul, Selasa.

Menurut dia, penggunaan pupuk kimia secara berlebihan tidak baik bagi pertumbuhan, seperti saat ini banyak batang padi di wilayah Bantul yang roboh karena tanaman terlalu tinggi namun tidak kuat diterpa angin kencang saat hujan deras.

"Berkaitan dengan padi roboh karena angin beberapa waktu lalu itu kan karena sebelumnya menggunakan pupuk urea tinggi, itu membuat tanaman lebih tinggi dan mudah roboh, karena tidak terlalu kuat menahan angin kencang," katanya.

Ia mengatakan berbeda dengan menggunakan pupuk berimbang, tanaman akan lebih kokoh sehingga ketika turun hujan tidak terlalu berpengaruh, kemudian petani tetap bisa menikmati hasil panen, tidak seperti sebelumnya yang kemungkinan berkurang karena terpaksa panen dini.

"Harapan kami, penggunaan pupuk berimbang benar-benar diikuti dan jangan terlalu banyak urea, bahkan ke depan lambat laun penggunaan pupuk kimia diganti dengan pupuk kandang," katanya.

Pulung mengatakan, dengan penggunaan pupuk berimbang yang akhirnya merubah sistem pertanian padi murni organik, maka nantinya bisa menghasilkan hasil panen berkualitas dan beras sehat, sehingga memiliki daya saing di pasar secara luas.

Apalagi menurut dia, pertanian padi secara organik di wilayah Bantul sampai saat ini masih sebatas pada titik-titik dengan luasan yang tidak besar, seperti tanaman percontohan di wilayah Desa Murtigading Sanden yang dikembangkan kelompok tani setempat.

"Namanya organik itu perlakuannnya harus murni organik tidak boleh ada cemaran, karena beras yang dihasilkan harrus sehat, jadi kalau ingin pertanian organik jangan pakai pestisida yang kimia, ini tentu tidak mudah," katanya. KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024