PANJAT TEBING - Ratusan Pemanjat ikuti Kejurnas Sawahlunto

id kejurnas panjat tebing

PANJAT TEBING - Ratusan Pemanjat ikuti Kejurnas Sawahlunto

Ilustrasi, Panjat Tebing (Foto ANTARA)

Sawahlunto, Sumbar (Antara) - Sekitar 200 lebih pemanjat tebing dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti Kejurnas Panjat Tebing Wall Climbing Silo 10.000 di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, 20 - 23 April 2016.

"Partisipasi peserta sudah melebihi target panitia, para atlet tersebut berasal dari berbagai klub dan pengcab FPTI antara lain Provinsi Aceh, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Jawa Timur dan beberapa kota lainnya di Sumbar," kata Ketua Panitia Pelaksana kejuaraan itu Aspil di Sawahlunto, Rabu.

Para atlet tersebut, lanjutnya, akan turun di berbagai kelas yang diperlombakan seperti kelas Lead dan Spider Speed Putra dan Putri.

Pada hari pertama kejurnas tersebut, pihaknya melaksanakan lomba untuk kelas Youth Lead untuk peserta umum dengan jumlah partisipasi mencapai 67 pemanjat.

"Pada kelas ini peserta dihadapkan pada tantangan menaklukan dinding panjat reguler setinggi 18 meter dengan jalur bergelombang," kata dia.

Sementara untuk kelas paling bergengsi, yakni Speed Classic Ekstreme Silo 10.000 akan digelar pada Jumat (23/4) dengan menghadirkan dinding panjat tertinggi di dunia, yakni bangunan Silo setinggi 40 meter.

Dia mengatakan, untuk jenis dinding panjat serupa diketahui ada di negara Brazil dengan tinggi 38 meter dan sudah menjadi salah satu ikon olahraga panjat tebing dunia.

"Kami berharap pelaksanaan kegiatan ini juga mampu mempromosikan bangunan Silo tersebut menjadi salah satu jalur favorit bagi para pemanjat tebing nasional dan internasional," kata dia.

Sementara itu, Pelatih sekaligus koordinator tim Panjat Tebing asal Kabupaten Pelelawan,  Riau, Rahmad Hidayat, mengatakan jalur panjat pada bangunan silo tersebut melebihi hampir dua kali lipat ketinggian dinding panjat standar nasional, yakni 18 meter.

Menurutnya, posisi dinding yang tegak lurus juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet, karena mereka harus memanjat dengan posisi kaki menyamping sehingga membutuhkan stamina yang lebih besar jika dibandingkan dengan dinding panjat reguler.

"Kemiringan dinding panjat reguler cukup memberi ruang pada kaki atlet sehingga memudahkan mereka untuk membagi bobot badan dengan menggunakan otot tangan, kaki dan perut," jelasnya.***4***
(KR-JUN)