Masyarakat Nglanggeran olah kakao menjadi cokelat

id kakao

Masyarakat Nglanggeran olah kakao menjadi cokelat

Ilustrasi, Seorang petani mengambil buah kakao (Foto ANTARA/Irwansyah Putra)

Gunung Kidul, (Antara Jogja) - Masyarakat Desa Nglanggeran, Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan produk hasil pertanian kakao yang selama ini menjadi komoditas unggulan di desa tersebut menjadi produk olahan cokelat.

Salah satu pengurus pengolahan kakao Nglanggeran Sudiyono di Gunung Kidul, Senin, mengatakan selama 29 tahun membudidayakan tanaman kakao, baru tahun ini mulai dikembangkan menjadi makanan olahan berupa cokelat.

"Selama ini panean petani kakao hanya dijual hasil pengeringan petani, tanpa tahu bagaimana cokelat yang dihasilkan. Di Desa Nglanggeran, terdapat 65 hektare tanaman kakao yang selama ini dijual secara kering ke pengepul," katanya.

Hal itu, katanya, karena mesin produksi kakao tergolong mahal. Mesin pengolahan kakao dengan skala kecil harganya mencapai Rp1, 8 miliar.

Peranan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), LIPI, dan Pemkab Gunung Kidul menghasilkan beberapa hasil pengolahan, di antaranya cocomik, dodol, pisang salut, dan permen cokelat, yang dijual dengan harga Rp13 ribu sampai Rp20 ribu.

"Setap hari, dengan delapan orang karyawannya, pabrik cokelat baru mampu produksi 20 kg," katanya.

Pengolahan cokelat dilakukan di gedung PTP sekitar Embung Nglanggeran. Produksi masih terbatas, hasilnya baru dijual di sekitar Embung Nglanggeran.

Ke depan, pihaknya akan terus meningkatkan hasil produksi kakao sehingga hasilnya bisa dijual di pusat penjualan oleh-oleh.

"Memang kami akui harganya agak sedikit mahal dari cokelat yang dijual di pasaran, tetapi kami menjamin cokelatnya murni," katanya.

Salah seorang wisatawan yang membeli cokelat, Dedi, mengatakan hasil cokelat embung rasanya berbeda dengan cokelat pasaran.

"Rasanya cukup enak, baru tahu kalau Nglanggeran mampu menghasilkan cokelat yang baik," katanya. ***3***

(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024