Sleman (Antara Jogja) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mencanangkan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat ke-13 dan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-44 tingkat DIY di Balaidesa Tamanmartani Kalasan, Selasa, ditandai dengan pemukulan gong.
Sri Sultan dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong selama satu bulan penuh pada Mei ini, diharapkan menjadi titik ungkit bagi seluruh desa maupun kelurahan seluruh wilayah DIy untuk menemukenali kembali semangat gotong royong.
"Kegiatan ini sebagai sarana untuk membangkitkan kembali gotong-royong sebagai aktifitas yang nyata sekaligus menyatu, dengan dukungan semua elemen masyarakat desa, termasuk lembaga kemasyarakatan desa dalam `hanyengkuyung luhuring tatacara-pranatan` kehidupan yang selaras dengan alam semesta dan keharmonisan sesama manusia," katanya.
Menurut dia, saat ini pemerintah sedang mencari identitas baru atas pilihan pembangunan ekonomi, yang diinspirasi dari tiga poin penting nawacita, yakni membangun dari pinggiran, peningkatan produktifitas rakyat, dan kemandirian ekonomi.
"Istilah `pinggiran` merupakan frasa populer untuk membenturkan dengan wilayah pusat dengan wilayah perdesaan. Desa diposisikan sebagai pusat arena pembangunan, bukan lagi semata lokus keberadaan sumber daya yang dengan mudah dieksplotasi oleh wilayah lain, seperti kota untuk beragam kepentingan," katanya.
Ia mengatakan, perhatian ke wilayah desa menjadi semakin luar biasa, begitu terbitnya Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa digelontor dana desa, untuk digunakan membangun wilayahnya secara berkelanjutan, di atas tiga pilar.
"Pertama, mengarusutamakan penguatan kapabilitas manusia sebagai inti pembangunan sehingga mereka menjadi subjek-berdaulat atas pilihan-pilihan yang diambil. Kedua, mendorong geliat ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemilik dan partisipan gerakan dan ketiga, mempromosikan pembangunan yang meletakkan partisipasi warga dan komunitas sebagai akar gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain," katanya.
Pada kesempatan tersebut Gubernur mengajak untuk ?melakukan revolusi mental dari diri kita sendiri, dengan beralih dari "mental kodok ke mental semut", mental kodok, seperti dalam lagu kodok ngorek, selalu "thetheyotan", artinya gemar berebut kekuasaan.
"Kodok itu jika sudah `ngorek` dengan gaya `theyot theblung`, teman sendiri saja disingkirkan, bahkan kalau perlu dilakukan dengan cara semena-mena," katanya.
Sultan mengatakan, manakala mental kodok berkembang, tentunya kedamaian jarang diperoleh karena kodok seringkali menggunakan cara yang semena-mena apabila tidak sesuai dengan dirinya.
"Oleh sebab itu, sebaiknya kita semua merevolusi mental kodok menjadi mental semut. Mental semut lebih adaptif, mau bekerja sama dan memiliki semangat kegotongroyongan dengan saling mengisi kekurangan," katanya.
V001)
Berita Lainnya
Izin usaha PT BPR Bank Pasar Bhakti dicabut OJK
Sabtu, 17 Februari 2024 5:38 Wib
UI terima dana hibah untuk dukung Tri Darma Perguruan Tinggi
Jumat, 2 Februari 2024 9:05 Wib
Akademisi: Fungsi dialog keluarga penting cegah keretakan rumah tangga
Senin, 8 Januari 2024 5:44 Wib
Presiden tahu ada oknum di kejaksaan permainkan hukum
Sabtu, 22 Juli 2023 16:58 Wib
Bupati Sleman apresiasi kegiatan membangun solidaritas sosial
Minggu, 9 April 2023 14:01 Wib
Bupati Bantul sebut semangat merawat kerukunan umat harus digelorakan ASN
Selasa, 3 Januari 2023 16:32 Wib
RSPAU Hardjolukito mengadakan bakti sosial peringati Hari Bakti TNI AU
Kamis, 23 Juni 2022 13:23 Wib
Kabupaten Sleman meraih penghargaan Reka Cipta Bhakti Nugraha
Kamis, 14 April 2022 20:28 Wib