Perajin Yogyakarta mencoba menjawab tantangan MEA

id perajin hadapi MEA

Perajin Yogyakarta mencoba menjawab tantangan MEA

Perajin Lurik Kembangan Maju Mandiri di Kabupaten Sleman, DIY, mengalami kesulitan modal dan sumber daya manusia. (Foto ANTARA/Mamiek)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Sebanyak 34 perajin Kota Yogyakarta yang tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah setempat antusias mengikuti pameran "Kriya Jogja Menembus Batas" sebagai upaya menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

"Melalui pameran kali ini, kami ingin menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perajin Yogyakarta siap menghadapi persaingan MEA," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun dalam pembukaan pameran "Kriya Jogja Menembus Batas" di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, perajin yang mengikuti pameran tahun ini adalah perajin yang memiliki produk berkualitas dan layak jual, serta memiliki keinginan untuk terus maju agar produk yang ditawarkan digemari pasar.

"Persaingan saat ini sudah sangat kompetitif. Dan ini harus disikapi perajin dengan terus meningkatkan kualitas produk mereka," katanya yang menyebut pameran tidak hanya ditujukan untuk memperoleh omzet tetapi untuk memperoleh "buyer" tetap.

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang membuka pameran mengatakan, batas perdagangan semakin luas, tidak hanya bersaing di pasar lokal saja tetapi harus mampu menembus pasar internasional.

"Modal yang dibutuhkan cukup banyak, seperti meningkatkan kualitas produk, meningkatkan promosi dengan memanfaatkan teknologi informasi, serta dukungan dari berbagai pihak. Jika semuanya dilakukan secara sinergis, maka produk Yogyakarta bisa bersaing di pasar internasional," katanya.

Haryadi kemudian memberikan apresiasi terhadap kegiatan pameran diselenggarakan pada waktu yang tepat yaitu saat libur panjang akhir pekan.

"Saat libur panjang akhir pekan seperti ini, akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Artinya, ini potensi bagi para perajin untuk bisa mempromosikan dan menjual produk mereka," katanya.

Salah satu perajin yang mengikuti pameran, Winarto berharap usaha pembuatan blankon yang ditekuninya bisa semakin berkembang seusai mengikuti pameran.

"Harapannya, omzet kami bisa meningkat," katanya yang menekuni kerajinan pembuatan blankon sejak 1976 secara turun-temurun dari orang tuanya.

Ia menyebut, bisa memproduksi 100 hingga 200 blankon dalam satu bulan dengan omzet mencapai Rp50 juta. Blankon produksinya banyak digunakan oleh bergada prajurit keraton dan ada beberapa wisatawan asing yang sengaja datang ke tempat pembuatan blankonnya di Bugisan untuk membeli blankon.

Blankon karya Winarto dijual dengan harga antara Rp125.000 hingga Rp350.000. "Harga jual blankon kami memang cukup mahal karena semuanya dikerjakan dengan teknik jahit. Tidak ada yang di lem sama sekali dan tidak ada tambahan karton di bagian dalam blankon," katanya.

(E013)


Pewarta :
Editor: Mamiek
COPYRIGHT © ANTARA 2024