Nelayan Kulon Progo tidak melaut dua bulan

id nelayan

Nelayan Kulon Progo tidak melaut dua bulan

Nelayan (Foto Antara)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Nelayan di sepanjang pantai selatan di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak melaut akibat gelombang tinggi yang mencapai empat hingga enam meter sejak dua bulan terakhir.

"Hampir dua bulan terakhir, kami tidak melaut karena gelombangnya sangat tinggi. Gelombang terkadang lebih tinggi dibandingkan lokasi sandaran kapal," kata anggota Kelompok Nelayan Bogowonto Supartono di Kulon Progo, Senin.

Ia mengatakan, saat ini seharusnya nelayan dapat menangkap ikan bawal dan layur. Harga bawal di tingkat nelayan saat ini bisa mencapai Rp500 ribu per kilogram (kg). Tapi gelombang tinggi mengakibatkan nelayan tidak melaut.

"Saat tidak melaut, kami bekerja sebagai kuli bangunan atau bertani untuk mencukupi kebutuhan keluarga," katanya.

Supartono mengatakan, berdasarkan informasi prakiraan cuaca, gelombang laut akan kembali normal pada awal atau pertengahan Juni. "Kami berharap gelombang kembali normal secepatnya, sehingga kami dapat melaut dan hasilnya dapat mencukupi kebutuhan keluarga," kata dia.

Anggota Kelompok Nelayan Bogowonto Johan Susanto mengatakan, nelayan tidak berani melaut melalui Pelabuhan Tanjung Adikarto. Hal ini disebabkan tiang pancang pelabuhan sangat membahayakan keselamatan nelayan.

"Kalau kapal terbalik, paling kapal terisi air. Tapi kalau terbalik di sekitar pelabuhan, kapal pecah dan nyawa melayang," katanya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Nelayan Sub Bugel Peni II Warto mengatakan kawasan Pantai Bugel terkena abrasi yang jauhnya mencapai 15 meter dari bibir pantai. Akibatnya, nelayan kesulitan menaikan atau menurunkan kapal.

"Sebelum ada Pelabuhan Tanjung Adikarto, lahan pasir Pantai Bugel sangat luas. Tapi, sekerang tidak ada bibir pantai, pasir dihantam ombak yang tinggi. Bahkan, dimungkinkan akan mengancam perumahan nelayan," kata Warto.

Ia mengatakan nelayan yang tidak melaut memilih menjadi petani. Mereka menanam melon, semangka atau cabai di lahan pasir. Bahkan, ada yang menyewa lahan di Purworejo, Bantul dan Sleman untuk ditanami melon atau semangka.

"Kami menjadi petani melon dan semangka untuk memenuhi kebutuhan keluarga," katanya.

(KR-STR)