PSP: perguruan tinggi berperan penting tangkal komunisme

id PSP: perguruan tinggi berperan penting tangkal komunisme

PSP: perguruan tinggi berperan penting tangkal komunisme

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (Foto id.wikipedia.org) (id.wikipedia.org)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menangkal komunisme di Indonesia, kata peneliti Pusat Studi Pencasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sudjito.

"Dalam konteks itu Wakil Rektor III yang selalu berhubungan dengan mahasiswa mempunyai peran penting dalam usaha mencegah penyebaran isu komunisme di kampus," katanya di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin.

Pada diskusi "Mewaspadai Kebangkitan Komunisme", Sudjito mengatakan bahwa jika Wakil Rektor III tidak memiliki sikap tegas, mahasiswa akan menjadi sasaran empuk bagi pihak yang ingin membangkitkan komunisme.

"Bibit-bibit komunisme masih ada di negeri ini. Secara empiris, komunis sebagai ideologi tidak pernah mati meskipun dilarang, dan akan bangkit lagi jika ada kondisi yang memungkinkan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, mahasiswa harus berpikir dan bersikap kritis sehingga tidak salah menafsirkan kebijakan pemerintah melarang ideologi komunis di Indonesia. Dengan demikian, mahasiswa tidak akan terpengaruh oleh propaganda komunis.

Namun, mahasiswa saat ini sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri sehingga tidak mau berpikir dan bersikap kritis untuk membantu mengatasi persoalan bangsa. Dosen juga cenderung fokus pada urusannya sendiri.

"Kondisi itu kemudian dilihat sebagai peluang oleh pihak-pihak yang ingin membangkitkan komunisme di Indonesia dengan cara diskusi ilmiah dan pemutaran film terkait komunis di kampus," kata Guru Besar Fakultas Hukum UGM itu.

Pengamat media Iswandi Syahputra mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki pedoman tegas sehingga isu komunisme makin liar di media, terutama media sosial. Perbincangan seputar komunisme di media sosial relatif cukup ramai.

"Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan literasi media. Masyarakat harus dibekali dengan literasi media agar dapat berpikir dan bersikap kritis sehingga tidak mudah terprovokasi," kata mantan komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) itu.

Menurut dia, literasi media perlu dilakukan karena banyak orang yang tidak memahami sejarah terkait dengan komunisme di Indonesia sehingga mereka asal saja menggunakan simbol-simbol terlarang.

"Misalnya, kaus bergambar palu arit simbol PKI yang merupakan partai terlarang di Indonesia, ada anak muda yang memakainya. Hal itu menunjukkan mereka tidak memahami sejarah," kata Iswandi.



(U.B015)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024