Yakkum berdayakan ekonomi disabilitas Kulon Progo

id Yakkum berdayakan ekonomi disabilitas Kulon Progo

Yakkum berdayakan ekonomi disabilitas Kulon Progo

Difabel (Foto ANTARA Jogja)

Kulon Progo, (Antara Jogja) - Pusat Rehabilitasi Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum didukung pemerintah Selandia Baru melakukan pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Program pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas di Kulon Progo telah berjalan selama tiga tahun dan akan berakhir September 2016," kata Direktur Pusat Rehabilitasi Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum) Arshinta di Kulon Progo, Senin.

Ia mengatakan penyandang disabilitas diberikan pendampingan dan pemberdayaan melalui pembentukan organisasi penyandang disabilitas atau disabled peoples organization (DPO).

Setiap kecamatan di Kulon Progo dibentuk satu DPO yang rata-rata beranggotakan 50 penyandang disabilitas.

"Satu DPO paling tidak mempunyai satu usaha bersama, antara lain yang dijalankan adalah budidaya jamur, beternak kambing, pengolahan makanan ringan, dan pembuatan gula semut," kata Arshinta.

Menurut dia, kendala yang diahadapi DPO yang kegiatan usahanya tidak berjalan lancar secara umum karena kondisi SDM yang relatif rendah akibat stigma atau diskriminasi pada penyandang disabilitas. Meski telah diberi pelatihan tetapi juga kurang bisa terlaksana dengan maksimal.

Kendala lain yang dihadapi adalah faktor geografis terutama untuk yang berada di wilayah pegunungan seperti Girimulyo dan Samigaluh, serta trauma mengakses modal dari perbankan.

"Dalam program ini, bantuan modal dari Pusat Rehabilitasi Yakkum dan CBM New Zealand sebenarnya sudah dalam bentuk simpanan di bank untuk mendorong DPO juga berinteraksi mengakses permodalan dari bank untuk pengembangan usaha," katanya.

Salah satu penyandang disabilitas dari Pandowan Galur Sawitri mengatakan dirinya mendapat bantuan program pemberdayaan ekonomi.

Dirinya sangat senang selama mendapat pendampingan DPO karena dapat mengembangkan bisnis, menambah pengalaman dan relasi, serta bisa lebih mudah mengakses dana pinjaman untuk pengembangan usaha.

"Saya menjalankan usaha pengolahan makanan. Sebelum ada program ini usaha saya naik turun, tapi setelah ada DPO menjadi meningkat dan pendapatan stabil Rp 200 ribu-Rp 300 ribu. Selain itu, adanya pinjaman, alat-alat saya untuk memasak juga jadi tambah banyak," kata Sawitri.

(U.KR-STR)