Jogja (Antara) - Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan sistem peringatan dini kebakaran hutan dengan kemampuan kerja lebih cepat dalam memberikan informasi kebakaran.
Empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengembangkan sistem peringatan dini (Early Warning System) tersebut adalah Yusuf Ginanjar Putra, Gewin Bestralen Muntoha, Ryan Tirta Saputra, dan Karrina Swastikaningsih.
"Sistem deteksi berbasis satelit yang selama ini digunakan memang mampu mendeteksi kehadiran spot api namun tidak dapat memberikan informasi mengenai dimensi dari spot api tersebut," kata Yusuf Ginanjar di Gedung Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakata, Rabu.
Menurut dia sistem yang ia kembangkan bersama tiga rekannya mampu mendeteksni kemunculan titik api dan mengetahui dimensi spot api di suatu wilayah dengan sensor berupa gelombang inframerah.
Ia mengatakan, apabila luasan titik api telah melebihi 100 meter persegi maka sensor sistem akan mengirimkan sinyal ke pusat pemantauan titik api yang selanjutnya direspons untuk segera dilakukan pemadaman titik api.
"Dengan demikian pengendalian api dapat dilakukan tepat waktu dan kebakaran tidak meluas," kata dia.
Yusuf menilai selama ini kebakaran hutan sudah terlanjur menjalar luas sebelum dapat dideteksi. Akibatnya, proses antisipasi menjadi sulit dilakukan.
"Proses transmisi dengan memanfaatkan gelombang radio menjadi keunggulan dari sistem ini, mengingat kondisi hutan yang biasanya sulit dijangkau untuk sistem komunikasi yang lain," kata dia.
Menurut dia spot api dengan luas 100 meter persegi berpotensi menyebabkan kebakaran hutan, namun di bawah luasan tersebut spot api cenderung tidak berbahaya.
Inisiatif mengembangkan teknologi peringatan dini itu, menurut Yusuf, muncul setelah melihat realitas kebakaran hutan di Indonesia yang menimbulkan dampak kerugian dari segi ekologi maupun ekonomi.
Dari segi ekonomi, pada 2015 Bank Dunia mencatat kerugian yang diakibatkan kebakaran hutan tersebut mencapai Rp200 triliun.
"Kami berharap alat ini nantinya mampu membantu upaya pencegahan dari bencana kebakaran hutan. Dengan begitu berbagai dampak negatif dan kerugian yang ditimbulkan kebakaran hutan dapat dicegah," kata Yusuf.
(L007)
Berita Lainnya
Guru Besar UGM: Anemia aplastik akibat obat jarang terjadi
Sabtu, 20 April 2024 3:28 Wib
Ahli nuklir tersangka penggelapan -TPPU diburu polisi
Jumat, 19 April 2024 20:22 Wib
Prodi Antropologi UGM tembus peringkat 51 dunia
Kamis, 18 April 2024 13:29 Wib
FKKMK UGM memastikan perhatikan kesehatan mental calon dokter spesialis
Kamis, 18 April 2024 2:10 Wib
Pengamat UGM: Pekerjaan di sektor pertanian perlu perhatian lebih besar
Jumat, 5 April 2024 22:49 Wib
Psikolog UGM sebut pelaku kekerasan anak cenderung punya gangguan mental
Jumat, 5 April 2024 0:03 Wib
Prabowo dan Megawati berpotensi bertemu
Sabtu, 30 Maret 2024 20:28 Wib
Kontrol pemerintahan, Ketua DPR RI harus dari pemenang Pemilu 2024
Jumat, 29 Maret 2024 4:30 Wib