Distan DIY pantau kesehatan unggas jelang Lebaran

id Distan DIY pantau kesehatan unggas jelang Lebaran

Distan DIY pantau kesehatan unggas jelang Lebaran

ilustrasi (foto antaranews.com) (flu burung)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta meningkatkan pemantauan kesehatan unggas dari serangan virus flu burung menjelang Lebaran 2016.

"Peningkatan pemantauan kami lakukan mengingat kebutuhan masyarakat akan unggas khususnya ayam yang biasanya meningkat untuk keperluan Lebaran," kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Bidang Peternakan DIY Anung Endah Swasti di Yogyakarta, Senin.

Menurut Anung, melalui 48 Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang tersebar di lima kabupaten/kota Distan DIY telah menyiapkan 800.000 vaksin flu burung dan disinfektan untuk mengantisipasi penyebaran virus flu burung.

"60 petugas Unit Respon Cepat (URC) Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang tersebar di seluruh kabupaten akan terus meningkatkan pemantauan setiap hari," kata dia.

Menurut dia pada masa pergantian musim dengan cuaca yang tidak menentu seperti saat ini memang rentan mengakibatkan unggas terjangkit berbagai penyakit termasuk flu burung atau tetelo karena daya tahan unggas menurun.

"Oleh sebab itu selain menyambut Lebaran, pengawasan unggas akan terus dilakukan hingga benar-benar memasuki kemarau," kata dia.

Meski demikian, menurut Anung, persebaran kasus unggas mati karena flu burung di DIY memiliki tren menurun dibandingkan awal 2016. Kasus yang paling besar yakni matinya 3.900 burung puyuh dan puluhan unggas jenis lain di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kulon Progo.

"Saat ini Jumlahnya kasus unggas mati yang ditemukan rata-rata di bawah sepuluh kasus per bulan," kata dia.

Ia mengimbau peternak, selain menjaga kebersihan kandang, mereka juga diharapkan dapat menyediakan tempat khusus untuk menampung kotoran ternak.

"Kotoran unggas jangan sampai dibuang sembarangan," kata dia.

Menurut Anung, selain memantau kemungkinan munculnya virus flu burung, menjelang Lebaran masyarakat juga perlu mewaspadai potensi penjualan daging ayam tiren secara mandiri.

"Mudah-mudahan tidak ada, namun masyarakat sendiri juga harus mewaspadai," kata dia.

Konsumen daging ayam, menurut Anung dapat mengenali daging ayam tiren dengan mencium bau busuk, serta warna kebiru-biruan khususnya di bawah sayap ayam yang merupakan pusat darah yang membeku.

(T.L007)