Yogyakarta, (Antara Jogja) - Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada Sunyoto Usman mengatakan untuk mewujudkan nol kecelakaan perspektif masyarakat mengenai mudik sebaiknya diubah dengan tidak hanya terfokus pada saat Lebaran.
"Silaturahmi bisa dilakukan setiap saat tidak harus menunggu Lebaran. Dimensi itu harus mulai disosialisasikan mulai sekarang untuk mencegah penumpukan arus mudik," kata Sunyoto dalam diskusi bertajuk "Tinjauan Sosial Pencapaian Zero Accident Saat Mudik Lebaran" di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu.
Menurut Sunyoto, ustadz atau tokoh masyarakat memiliki peran yang penting mengurangi kepadatan arus mudik yang tidak jarang menjatuhkan korban kecelakaan.
"Para ustadz sudah saatnya memberi penjelasan bahwa silaturahmi tidak harus bertemu langsung namun untuk konteks zaman saat ini bisa melalui sarana lain seperti internet," kata Sunyoto yang juga sosiolog UGM itu.
Ia mengatakan peristiwa mudik Lebaran yang setiap tahun selalu memunculkan jatuhnya korban perlu menjadi momentum evaluasi berbagai pihak bukan hanya kepolisian lalu lintas serta dinas perhubungan, namun juga tokoh masyarakat.
Lebih dari itu, menurut dia, setiap menjelang mudik Lebaran selalu disertai dengan tren lonjakan kepemilikan kendaraan pribadi.
Motivasi memiliki kendaraan pribadi untuk dibawa ke kampung halaman, menurut Sunyoto, menjadi salah satu realitas rutin yang mudah dijumpai saat mudik Lebaran.
Padahal terus bertambahnya jumlah kendaraan pribadi selain dapat memperparah kemacetan juga berkontribusi menambah beban jalan yang akhirnya memicu banyak kerusakan infrastruktur jalan maupun jembatan.
"Jadi ustadz dan tokoh masyarakat harus menekankan bahwa niat pamer atau menunjukkan keberhasilan di rantau dengan membawa kendaraan pribadi ke kampung halaman saat mudik Lebaran juga tidak dibenarkan dalam dimensi agama," kata dia.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Lilik Wachid Budi Susilo mengatakan hingga saat ini jumlah kepemilikan kendaraan pribadi memang terus bertambah setiap tahun dengan persentase rata-rata meningkat 14 persen untuk sepeda motor dan 10 persen untuk roda empat setiap tahun.
Sependapat dengan Sunyoto, menurut Lilik persoalan kecelakaan yang terus terjadi setiap mudik Lebaran memang bukan hanya persoalan rekayasa atau pengaturan lalu lintas saja, namun juga berkaitan dengan aspek sosial sebagai upaya preventif mencegah penumpukan arus mudik.
"Jangan-jangan persoalan kecelakaan saat mudik Lebaran kita selama ini bukan persoalan aspek teknis lalu lintas, melainkan persoalan sosial yang harus dibenahi," kata dia.
Sesuai data Direktorat Lalu Lintas Polda DIY, angka kecelakaan lalu lintas pada Lebaran 2015 meningkat 18 persen yakni dari 44 kasus pada 2014 menjadi 52 kasus pada 2015. Sepeda motor menjadi sarana transportasi yang paling dominan terlibat kasus kecelakaan lalu lintas saat mudik Lebaran.
(T.L007)
Berita Lainnya
Usai libur Lebaran 2024, kondisi tak boleh dipaksakan
Senin, 15 April 2024 21:22 Wib
Selama libur Lebaran 2024, KAI wisata angkut 45.813 penumpang
Senin, 15 April 2024 17:52 Wib
Mobil lama tak dipakai usai ditinggal mudik, hal ini harus dilakukan
Senin, 15 April 2024 13:56 Wib
Cek oli wajib diperhatikan saat mudik-balik Lebaran 2024
Minggu, 14 April 2024 20:42 Wib
Saat arus balik harus ada perlengkapan sederhana ini di mobil
Minggu, 14 April 2024 17:30 Wib
34.576 pemudik KA berangkat dari Jakarta H+4 Lebaran 2024
Minggu, 14 April 2024 14:09 Wib
Ingin aman-nyaman saat perjalanan arus balik Lebaran 2024, simak kiatnya
Minggu, 14 April 2024 7:20 Wib
Ini manfaat tidur singkat selama mudik Lebaran 2024
Sabtu, 13 April 2024 9:30 Wib