Di mata generasi 90-an, BJ Habibie dikenal sebagai sosok jenius pembuat
pesawat, namanya bahkan muncul dalam lagu "Kapal Terbang" yang dibawakan
penyanyi cilik terkemuka saat itu, Joshua Suherman.
Cita-citaku/ Ingin jadi profesor/ Bikin pesawat terbang/ Seperti Pak Habibie.
Lantas, seperti apa perjalanan Habibie hingga menjadi sosok inspiratif yang dikenal orang-orang masa kini?
"Rudy
Habibie" (Habibie & Ainun 2) merangkum kehidupan Habibie muda yang
bersemangat menggebu dan bermimpi membesarkan industri dirgantara
Indonesia.
Film berdurasi 142 menit garapan sutradara Hanung Bramantyo itu mengajak penonton melihat bagaimana masa kecil Habibie.
Rudy,
panggilan kecil Habibie, menghabiskan masa kanak-kanak di Pare Pare.
Ketika pesawat tempur Perang Dunia II meluluhlantakkan desa, ia sempat
merasa anti dan takut pada pesawat terbang.
Berkat sang ayah,
Rudy paham bahwa tak semua kapal terbang "sejahat" pesawat tempur. Ia
pun bertekad menciptakan pesawat yang bisa mengantar keluarganya
mengunjungi sanak saudara yang rumahnya berjauhan. Maklum, Rudy adalah
anak dari keluarga Jawa-Sulawesi.
Setelah sang ayah meninggal,
ibu dan saudara-saudara Habibie pindah ke Bandung agar dia bisa
melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia Bandung.
Melihat
potensi Rudy, ibunya memutuskan untuk mengirimnya bersekolah ke RWTH
(Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen) Jerman.
Saat itu
kemampuannya menggunakan Bahasa Jerman secara fasih selalu dipertanyakan
orang sampai Rudy bosan mendengarnya dan dia punya jawaban nyeleneh
untuk mereka yang penasaran.
"Ayah saya kanibal, dia makan orang Jerman, sejak itu kami pandai berbahasa Jerman," kata Rudy acap kali ditanya hal yang sama.
Para
mahasiswa Indonesia di Jerman saat itu diberi amanat untuk membuat
Persatuan Pelajar Indonesia. Rudy, yang didapuk menjadi ketua, punya
ambisi dan mimpi besar menciptakan industri dirgantara.
Mimpi itu
dicemooh oleh teman-temannya. Hanya segelintir orang yang percaya pada
Rudy, termasuk gadis Jerman bernama Ilona yang mewarnai kisah cinta di
masa muda Habibie.
Menyentil generasi muda
Sutradara
Hanung ingin menyentil semangat generasi muda lewat "Rudy Habibie".
Menurut dia, usaha dan rintangan yang dihadapi Rudy demi mewujudkan
mimpi adalah cermin dari anak-anak muda Indonesia saat ini.
"Musuh
kita saat mewujudkan mimpi adalah orang-orang di sekeliling. Tidak cuma
dalam politik, dirgantara, tapi juga film," kata Hanung, yang berharap
film ini bisa memberi dampak positif pada penonton.
Gina S.Noer,
yang juga membuat skenario "Habibie & Ainun", memulai riset sejak
film pertama dengan mengobrol langsung dengan Habibie. Dari percakapan
mereka selama ini, Habibie punya banyak cerita menarik.
"Ibarat menggali tanah untuk menanam kangkung ternyata dapat minyak," kata Gina.
Dua
tahun silam ia mendapatkan ide untuk membuat cerita masa muda Habibie
sebelum menjadi salah satu tokoh terkemuka di Indonesia yang kisahnya
dibukukan dalam buku berjudul sama dengan film. Ia juga menggarap
skenario dari penuturan Habibie pada waktu yang sama.
"Paling susah utak-atik angle
yang benar-benar menarik untuk film," kata Gina, menambahkan sekuel ini
memancarkan kesan berbeda dibandingkan film pertama yang fokus pada
kisah cinta Habibie-Ainun.
Tidak semua adegan dan tokoh dalam
"Rudy Habibie" berdasarkan kisah nyata. Ada adegan yang diubah demi
menjaga plot cerita, seperti adegan wafatnya sang ayah, ada tokoh
rekaan, ada juga karakter yang dibuat berdasarkan gabungan kepribadian
orang-orang sekitar Habibie saat itu.
Reza Rahadian kembali berperan sebagai Habibie setelah empat tahun berlalu memerankan sosok itu di film "Habibie & Ainun".
Di film pertama, ia harus belajar menampilkan gerak-gerik, logat bicara Habibie yang khas, hingga bahasa Jerman mulai dari nol.
"Sekarang hanya memanggil ingatan saat itu," kata Reza.
Kemampuan bahasa Jerman dia semakin terasah karena ia mendapat banyak bagian dialog berbahasa Jerman.
Reza merasa bangga dan bersyukur masih bisa berjumpa dan mengobrol langsung pria yang dipanggilnya "Eyang" itu.
Menurut Reza, Habibie kerap mampir ke lokasi syuting untuk mengamati proses pembuatan film.
"Buat
saya itu momen langka. Tidak semua aktor bisa berinteraksi dengan tokoh
asli yang diperankan," tutur Reza yang kerap berbincang dengan Habibie
untuk mendalami karakter.
Seiring berjalannya waktu, tampaknya
Habibie makin puas dengan penggambaran kehidupannya di layar lebar.
Menurut Reza, pada film pertama Habibie masih melontarkan beberapa
kritik.
"Sekarang saya terharu lihat Eyang menangis karena kisahnya dipotret dengan sempurna. Sampai eyang bilang exactly the same (sama persis)," ungkap Reza.
Dalam
sekuel, Reza beradegan mesra dengan Chelsea Islan yang berperan sebagai
Ilona, gadis Jerman yang punya keterikatan dengan Indonesia karena
pernah dirawat oleh perawat asal Ambon.
Kisah cinta gadis yang
selalu mendukung Rudy dan cita-citanya itu kandas karena masalah
prinsip. Chelsea mengorek kisah Ilona langsung dari mulut Habibie.
"Ilona itu salah satu cinta pertamanya Eyang," kata Chelsea yang belajar bahasa Jerman untuk peran ini.
Komika
Ernest Prakasa yang berperan sebagai Lim Keng Kie, sahabat Rudy,
menganggap "Rudy Habibie" sebagai kesempatan langka untuk bermain dalam
film drama.
Pria yang biasa berperan di film komedi ini mendapat
kebebasan untuk menginterpretasikan karakter mendiang Lim Keng Kie
akibat kurangnya referensi. Ia hanya mendapatkan latar belakang Keng Kie
sebagai seorang ilmuwan, namun tak ada dokumentasi video untuk
mempelajari gestur dan gaya bicara mendiang.
"Jadi coba ngebayangin dari latar belakang dia, gayanya akan seperti apa. Interpretatif, enggak berusaha meniru," kata Ernest.
Di
mata Ernest, Liem Keng Kie bagaikan malaikat penjaga Rudy yang
melindungi sahabatnya dari konflik-konflik di sekitar. Ia adalah teman
yang paling paham dan percaya pada visi besar Rudy untuk membangun
bangsa.
Produser MD Manoj Punjabi mengemukakan rencananya
mengeksplorasi kisah hidup Habibie dan orang-orang sekitarnya yang
inspiratif dalam film-film berikutnya di bawah brand "Habibie &
Ainun".
"Dalam lima tahun harus komplet 10 film (dalam brand Habibie & Ainun)," katanya optimistis.
Berita Lainnya
DPK Sleman meluncurkan literasi cerita dan dongeng "Cendol Manis"
Selasa, 27 Februari 2024 13:27 Wib
Kecap manis ciri khas akulturasi budaya makanan Imlek
Jumat, 9 Februari 2024 10:08 Wib
BRIN: Varietas baru sorgum manis untuk bioetanol
Senin, 8 Januari 2024 14:30 Wib
MotoGP: Marquez ingin balap dengan manis di Valencia
Jumat, 24 November 2023 9:09 Wib
Ini tanaman obat untuk kencing manis
Sabtu, 14 Oktober 2023 8:15 Wib
Turunkan konsumsi minuman berpemanis, cukai 20 persen
Jumat, 15 September 2023 6:42 Wib
Tari Geol Manis simbolkan keramahan Indonesia
Rabu, 6 September 2023 14:36 Wib
Pesan manis Krist Perawat buat fans Indonesia
Minggu, 20 Agustus 2023 1:50 Wib