Sleman, (Antara) - Satu sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kekurangan siswa karena hingga hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru 2016/2017 kuota jumlah siswanya tidak terpenuhi.
"SMP Negeri 4 Prambanan merupakan satu-satunya SMP negeri di Sleman yang kuota siswanya tidak terpenuhi. Kurang siswa ini menjadi persoalan tahunan yang dihadapi sekolah," kata Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Prambanan Sutardi, Selasa.
Menurut dia, tahun ini jumlah siswa baru sebanyak 48 murid dari kuota yang tersedia sebanyak 64 murid. Jumlah tersebut sudah lebih baik dari tahun sebelumnya yang jumlah muridnya hanya 33 orang.
"Persoalan lokasi menjadi pertimbangan warga. Kami sendiri sudah berupaya melakukan jemput bola agar kuota siswa terpenuhi," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata jarak rumah siswa dengan sekolah mencapai satu hingga tiga kilometer. Bila ada siswa yang datang ke sekolah, menandakan anak tersebut memiliki keinginan untuk sekolah.
"Dari persoalan jarak tempat tinggal siswa dengan sekolah, menimbulkan persoalan baru. Karena dari sini, siswa ke sekolah menggunakan kendaraan bermotor," katanya.
Sutardi mengatakan, anak usia sekolah SMP dilarang menggunakan kendaraan bermotor karena belum memuhi syarat usia memiliki surat izin mengemudi (SIM).
"Ini memang menjadi dilema bagi kami. Kami ingin melarang siswa sekolah bawa sepeda motor, lalu bagaimana mereka ke sekolah? Angkutan umum tidak ada, sedangkan pagi orang orang tua mereka bekerja dan sebagian besar buruh," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman Arif Haryono mengakui posisi SMP Negeri 4 Prambanan yang berada di kawasan pervbukitan menjadi kendala masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
"Faktor jarak dan medan, menjadi penyebab orang tua menyekolahkan di tempat yang lebih terjangkau. Tidak masalah meski kuota tidak terpenuhi. SMP Negeri 4 Prambanan tetap menjadi penyedia kebutuhan pendidikan bagi masyarakat sekitar," katanya.
Ia mengatakan, adanya siswa yang menggunakan sepeda motor ke sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Faktor jarak dan tidak ada transportasi umum memang menjadi alasan bagi orang tua untuk mengizinkan anaknya mengendari motor.
"Kami tidak punya wewenang melarang. Ini memang problem pendidikan, nanti akan dicari jalan keluar," katanya.
(V001)
Berita Lainnya
Metode gasing menciptakan hubungan erat guru-siswa di Indonesia
Minggu, 7 April 2024 12:18 Wib
Perubahan jadwal OSN 2024 diumumkan, Genza Education beri dukungan penuh untuk siswa di seluruh Indonesia
Kamis, 4 April 2024 13:32 Wib
Pelajar miskin wajib diterima PPDB 2024
Rabu, 3 April 2024 2:07 Wib
40.164 sekolah di Indonesia miliki pelajar berkebutuhan khusus
Senin, 1 April 2024 18:56 Wib
Pelajar Sekolah Cikal rebut tiga medali emas di "Moose Game" 2024
Senin, 1 April 2024 11:29 Wib
Universitas harus memberi afirmasi siswa disabilitas di Indonesia
Sabtu, 30 Maret 2024 6:30 Wib
SNBP PTN 2024 belum afirmasi pelajar disabilitas Indonesia
Jumat, 29 Maret 2024 4:15 Wib
Ganggu belajar siswa, Meta dan TikTok digugat Dewan Sekolah Kanada
Jumat, 29 Maret 2024 0:33 Wib