Jumlah kasus DBD di Sleman masih tinggi

id dbd

Jumlah kasus DBD di Sleman masih tinggi

ilustrasi nyamuk penyebar DBD (bengkulu.antaranews.com)

Sleman, (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan musim kemarau basah yang terjadi saat ini membawa dampak pada jumlah penderita demam berdarah dengue yang masih cukup tinggi.

"Kemarau basah yang terjadi saat ini membuat kasus DBD masih terus ada. Sepanjang tahun memang ada, tapi kalau musim kemarau normal biasanya angka penderita turun," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini di Sleman, Rabu.

Dia mengatakan dari data yang masuk hingga Senin (18/7), jumlah penderita DBD di Sleman 525 orang selama 2016, tujuh di antaranya meninggal dunia. Pada Juli baru terdata dua penderita, sedangkan Juni 46 orang, serta Mei 58 orang.

"Kami terus melakukan monitoring kasus DBD yang terjadi di masyarakat, karena masih seringnya turun hujan pada musim kemarau ini cukup rawan untuk perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD," katanya.

Ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kepedulian di lingkungan sekitarnya, terhadap potensi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aygepti.

"Kami harapkan agar masyarakat meningkatkan kepeduliannya. Membersihkan tandon-tandon air yang kemungkinan menjadi tempat berkembangnya nyamuk. Membersihkan sampah-sampah kering maupun basah, serta jangan sampai ada genangan air. Harus tetap peduli, hujan seperti ini ancamannya masih ada," katanya.

Mafilindati mengatakan kepedulian masyarakat tersebut lebih diutamakan yang berada di pemukiman padat, sebab perkembangan nyamuk berpotensi lebih besar terjadi di wilayah-wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi.

"Seperti di wilayah Kecamatan Mlati, Depok, kemudian Gamping. Selain dari yang banyak manusianya, juga berdasar letak geografisnya," katanya.

Ia mengatakan daerah yang mempunyai ketinggian permukaan laut yang tinggi, lebih minim terhadap ancaman serangan DBD.

"Seperti di wilayah Kecamatan Turi, Pakem, serta Cangkringan. Kasus di Cangkringan selama ini pun sangat minim, kecuali ketika masyarakat di sana saat baru menghuni hunian tetap korban erupsi Gunung Merapi," katanya. ***4***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024