DIY diperkirakan diguyur hujan hingga akhir Juli

id hujan

DIY diperkirakan diguyur hujan hingga akhir Juli

ilustrasi (istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sampai akhir Juli meski saat ini seharusnya memasuki musim kemarau.

"Pada dasarian ketiga Juli, potensi curah hujan di wilayah DIY adalah antara 10 hingga 50 milimeter dengan indikasi la nina sudah ada meskipun masih lemah," kata Koordinator Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, tingginya curah hujan hingga akhir Juli dipicu kondisi suhu permukaan laut yang lebih hangat dari suhu dalam kondisi normal sehingga berpengaruh pada meningkatnya pertumbuhan awan hujan di atas wilayah DIY.

Sedangkan untuk la nina, Joko memperkirakan akan semakin menguat dalam beberapa bulan ke depan sehingga potensi hujan masih tetap tinggi.

Secara umum, lanjut Joko, kondisi musim kemarau pada tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena pada tahun ini masih kerap terjadi hujan saat musim kemarau.

"Kami prediksi, tahun ini terjadi kemarau basah. Kondisi ini termasuk dalam kategori gangguan iklim," katanya.

Tingginya potensi curah hujan pada musim kemarau juga meningkatkan potensi terjadinya angin kencang dan petir pada saat hujan. "Masyarakat tetap diminta untuk waspada," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Agus Winarto mengatakan, dampak yang bisa ditimbulkan dari hujan yang sangat lebat adalah meningkatnya debit air di tiga sungai besar yang ada di Kota Yogyakarta dan sejumlah sungai kecil lainnya.

"Warga yang tinggal di bantaran sungai agar tetap mewaspadai pergerakan aliran sungai. Kami pun sudah memasang `early warning system` (EWS) untuk memberikan peringatan awal ke warga apabila ada peningkatan debit air yang mengkhawatirkan," katanya.

Di Kota Yogyakarta terdapat sembilan unit perangkat EWS yang terpasang di Sungai Code dan Sungai Gajah Wong. EWS di Sungai Code berada di enam lokasi yaitu Keparakan, Surokarsan, Juminahan, Jogoyudan, Gondolayu dan Jembatan Kewek, sedangkan di Sungai Gajah Wong berada di Warungboto, Gambiran dan Ponggalan.

Agus mengatakan, keberadaan perangkat EWS di bantaran sungai cukup membantu warga agar bisa melakukan langkah antisipasi dan evakuasi lebih dini terhadap potensi banjir atau luapan air sungai.

Pemasangan EWS yang mampu mendeteksi pergerakan tanah, lanjut dia, dibutuhkan di bantaran Sungai Winongo karena kondisi wilayah yang memiliki tebing cukup terjal sehingga lebih rawan longsor dibanding dua sungai lainnya.

Agus juga mengingatkan warga untuk menghindari berteduh di bawah pohon, baliho atau benda-benda lain yang mudah roboh. 

(E013)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024