Belasan tahun petani Plambongan resah serangan tikus

id hama tikus

Belasan tahun petani Plambongan resah serangan tikus

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Sleman, (Antara Jogja) - Petani di Dusun Plambongan, Banyurejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, selama bertahun-tahun diresahkan hama tikus yang menyerang tanaman padi sehingga mengakibatkan gagal panen.

"Keresahan akibat serangan hama tikus ini dirasakan petani dalam rentang waktu 12 tahun, dari tahun ke tahun hasil panenan selalu turun dan bahkan gagal panen," kata Kepala Dukuh Plambongan Sujatno, Senin.

Menurut dia, hama tikus menyerang tanaman padi seluas 17 hektare yang ada di wilayah Dusun Plambongan.

"Hasil panen tidak maksimal. Bila per hektare hasil panen maksimal bisa mencapai delapan ton, tetapi selama ini panen padi tidak bisa mencapai separuhnya. Bahkan yang lebih parah hasil panen hanya bisa dijual untuk pakan ternak," katanya.

Ia mengatakan, upaya penanganan hama tikus yang dilakukan secara konvensional tidak menjadi solusi mengatasi hama tikus secara utuh. Gerakan yang sudah dilakukan meliputi gropyokan dan sanitasi lingkungan sudah dilakukan.

"Pemberantasan lubang-lubang yang selama ini ditenggarai menjadi tempat tinggal hama pengerat juga tidak berhasil. Diduga lubang tersebut hanya menjadi tempat tinggal sementara. Kami kesulitan menemukan sarang utama, sebab ketika lubang sudah dibasmi tapi tikus masih tetap ada," katanya.

Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Sleman Wawan Prasetyo meminta kepada dinas memberikan perhatian serius kepada para petani, gerakan rutin gropyokan harus terus digalakkan.

"Kami harapkan dinas terkait bisa memberikan pembinaan dan juga pemberian teknologi pembasmi tikus bila ada," katanya.

Ia mengatakan, pemberian insentif sebesar Rp1000 per ekor tikus yang berhasil ditangkap juga terlalu kecil.

"Idealnya insentif Rp3.000 per ekor tikus yang ditangkap petani. Jadi warga semangat untuk melakukan gropyokan tikus," katanya.

Sedangkan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanaian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman Edy Sri Harmanta mengatakan pihaknya telah menindaklanjuti keluhan petani dengan melakukan gerakan gropyokan. Untuk benar-benar tuntas, gerakan gropyokan harus dilakukan secara berkala.

"Bantuan kami baru sebatas gropyokan. Cara ini cukup efektif bila dilakukan secara tepat," katanya.

DPPK Sleman, menyangkal bila gagal panen di dusun Plambongan terjadi selama 12 tahun. Pihaknya menyebut, akibat serangan hama tikus, memang terjadi penurunan panen sebesar 25 hingga 30 persen setiap panen.

Sedangkan mengenai insentif bagi pemburu yang hanya Rp1.000 per tikus, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada tim anggaran.

"Kalau soal dana itu harus dirapatkan di tim anggaran. Kami hanya menerima saja dan alokasinya sudah sesuai. Karena kami juga harus memperhatikan 51 ribu hektare lahan pertanian di Sleman," katanya.***3***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024