Yogyakarta (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan cuaca ekstrem yang terjadi di daerah itu selama sepekan terakhir belum menyebabkan munculnya bencana alam.
"Hingga sekarang kami belum mencatat adanya dampak bencana karena cuaca ekstrem terjadi secara sporadis dengan titik yang tidak merata," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan di Yogyakarta, Rabu.
Sebelumnya peringatan dini cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir, gelombang tinggi, dan angin kecang telah dikaluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta untuk periode 16-21 Juli. Selanjutnya kembali diterbitkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk periode 21-23 Juli 2016.
Cuaca ekstrem tersebut disebabkan adanya tekanan udara rendah di Perairan Barat Daya Pulau Jawa karena di area laut tersebut memiliki suhu yang hangat atau panas dibandingkan dengan area laut lainnya.
"Dengan adanya peringatan tersebut kami telah meningkatkan kesiapsiagaan 24 jam melalui tim reaksi cepat (TRC) di lima kabupaten/kota," kata dia.
Menurut Pristiawan, kesiapsiagaan itu antara lain ditingkatkan di beberapa zona rawan longsor seperti di Kecamatan Kalibawang, Girimulyo, Samigaluh (Kulon Progo), Dlingo, Piyungan, Imogiri, Pleret, Pundong (Bantul), Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar (Gunung Kidul), dan Kecamatan Prambanan (Sleman).
"Untuk zona-zona rawan longsor kami juga telah menyiagakan tim dan sama sekali tidak terdeteksi bencana longsor," kata dia.
Koordinator Pos Klimatologi dan Geofisika BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan kondisi kemarau pada tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena pada tahun ini masih kerap terjadi hujan saat musim kemarau.
"Tahun ini terjadi kemarau basah. Kondisi ini termasuk dalam gangguan iklim," kata dia.
Tingginya potensi curah hujan antara 10 hingga 50 milimeter pada musim kemarau juga meningkatkan potensi terjadinya angin kencang dan petir pada saat hujan.
"Masyarakat kami imbau tetap waspada. Kondisi laut dan atmosfer juga selalu berubah-ubah setiap saat," kata dia.
(L007)
Berita Lainnya
Musim panas di India renggut 98 jiwa
Senin, 19 Juni 2023 6:58 Wib
BPBD Yogyakarta imbau wisatawan pantau cuaca antisipasi hujan ekstrem
Kamis, 29 Desember 2022 16:17 Wib
Bappeda Gunung Kidul: 6.390 keluarga alami kemiskinan ekstrem
Jumat, 29 Juli 2022 16:10 Wib
Legislator minta Pemkab Kulon Progo mengevaluasi sistem pemberian bansos
Jumat, 8 Juli 2022 17:41 Wib
Pemkab Kulon Progo terapkan trilogi pengentasan kemiskinan ekstrem
Rabu, 6 Juli 2022 19:23 Wib
Hujan deras guyur Jabodetabek tiga hari ke depan
Rabu, 19 Januari 2022 1:26 Wib
BPBD Kulon Progo mewaspadai potensi bencana tanah longsor dan banjir
Selasa, 2 November 2021 16:35 Wib
Bupati Sleman meminta semua pihak siaga hadapi La Nina
Senin, 26 Oktober 2020 22:54 Wib