BPBDDIY: cuaca ekstrem belum sebabkan bencana

id cuaca ekstrim

BPBDDIY: cuaca ekstrem belum sebabkan bencana

Waspada cuaca ekstrim YOGYAKARTA - Sebuah andong berjalan menembus hujan di kawasan Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Rabu (17/10). BMKG Yogyakarta menghimbau agar masyarakat selalu waspada pada peralihan musim atau memasuki masa pancaroba dengan dita

Yogyakarta (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan cuaca ekstrem yang terjadi di daerah itu selama sepekan terakhir belum menyebabkan munculnya bencana alam.

"Hingga sekarang kami belum mencatat adanya dampak bencana karena cuaca ekstrem terjadi secara sporadis dengan titik yang tidak merata," kata Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan di Yogyakarta, Rabu.

Sebelumnya peringatan dini cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir, gelombang tinggi, dan angin kecang telah dikaluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta untuk periode 16-21 Juli. Selanjutnya kembali diterbitkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk periode 21-23 Juli 2016.

Cuaca ekstrem tersebut disebabkan adanya tekanan udara rendah di Perairan Barat Daya Pulau Jawa karena di area laut tersebut memiliki suhu yang hangat atau panas dibandingkan dengan area laut lainnya.

"Dengan adanya peringatan tersebut kami telah meningkatkan kesiapsiagaan 24 jam melalui tim reaksi cepat (TRC) di lima kabupaten/kota," kata dia.

Menurut Pristiawan, kesiapsiagaan itu antara lain ditingkatkan di beberapa zona rawan longsor seperti di Kecamatan Kalibawang, Girimulyo, Samigaluh (Kulon Progo), Dlingo, Piyungan, Imogiri, Pleret, Pundong (Bantul), Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar (Gunung Kidul), dan Kecamatan Prambanan (Sleman).

"Untuk zona-zona rawan longsor kami juga telah menyiagakan tim dan sama sekali tidak terdeteksi bencana longsor," kata dia.

Koordinator Pos Klimatologi dan Geofisika BMKG Yogyakarta Joko Budiono mengatakan kondisi kemarau pada tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena pada tahun ini masih kerap terjadi hujan saat musim kemarau.

"Tahun ini terjadi kemarau basah. Kondisi ini termasuk dalam gangguan iklim," kata dia.

Tingginya potensi curah hujan antara 10 hingga 50 milimeter pada musim kemarau juga meningkatkan potensi terjadinya angin kencang dan petir pada saat hujan.

"Masyarakat kami imbau tetap waspada. Kondisi laut dan atmosfer juga selalu berubah-ubah setiap saat," kata dia.

(L007)