Tambak udang di Kulon Progo terserang virus

id tambak udang

Tambak udang di Kulon Progo terserang virus

Tambak udang di Pantai Trisik, Kabupaten Kulon Progo (foto Mamiek/Antara)

Kulon Progo, (Antara Jogja) - Puluhan petak tambak udang di sepanjang Pantai Glagah hingga Congot Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terserang virus berak putih yang menyebabkan petambak merugi ratusan juta.

Petambak udang Pantai Congot Sulastri di Kulon Progo, Jumat, mengatakan cuaca ekstrim yang belakangan terjadi menyebabkan serangan berak putih berkembang cepat.

"Panen kali ini tidak menguntungkan karena udang terserang virus berak putih. Tapi ini lumayan karena ukuran sudah 80 ekor per kilogram," kata Sulastri.

Ia mengatakan sebelum ada serangan berak putih, satu petak tambak udang ukuran 1.500 meter persegi yang ditaburi 150 ribu ekor, bisa panen 2-3 ton, sekarang hanya satu ton atau turun 50 persen.

"Kami harus memanen udang dini. Kalau tetap dipelihara, udang tidak bisa berkembang maksimal dan kerugian yang akan ditanggung akan semakin banyak," katanya.

Ia mengakui harga jual udang di tingkat petambak udang stabil. Harga berkisar Rp40 ribu hingga Rp70 ribu tergantung ukurannya. Namun dibandingkan dengan biaya operasional dari tabur hingga panen memerlukan biaya Rp100 juta yakni kebutuhan pakan dan obat-obatan, pekerja.

"Petambak harus bekerja keras untuk menutupi kerugian karena adanya serangan berak putih," katanya.

Kabid Perikanan dan Budi Daya Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kulon Progo Leo Handoko mengatakan berak putih menyebabkan udang pada usia 60 hari tidak nafsu makan dan tidak dapat berkembang besar.

"Kalau udang yang terkena berak putih dipelihara, maka petambak akan rugi besar. Sehingga saat udang sudah terserang berak putih, mereka langsung menjualnya," kata Leo.

Ia mengatakan berak putih menyerang tambak udang sepanjang Pantai Glagah hingga Pantai Congot. Pemicu berak putih adalah pemberian pakan berlebihan, sanitasi kurang bagus, pembuangan kotoran tidak terbuang dengan bagus.

Selain itu, mereka memanfaatkan air tambak dari sumber-sumber pembuangan. Hal ini mempercepat munculnya berak putih.

"Berak putih dapat dilihat secara visual. Pemicunya mengabaikan padat tebar tinggi dan penyimponan kurang bagus. Untuk itu, petambak harus menjaga kebersihan lingkungan, supaya berak putih tidak menyebar," katanya. ***1***

(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024