Sekolah Kesatuan Bangsa Yogyakarta sesalkan tudingan Turki

id Sekolah Kesatuan Bangsa Yogyakarta

Sekolah Kesatuan Bangsa Yogyakarta sesalkan tudingan Turki

Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School Yogyakarta di Jalan Wates KM 10. (Foto Antara/Luqman Hakim)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School Yogyakarta menyesalkan tuduhan Pemerintah Turki yang menyatakan sekolah itu terkait dengan Jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO).

Kepala Sekolah Kesatuan Bangsa Billingual Boarding School Yogyakarta, Ahmad Nurani di Bantul, Jumat, menegaskan bahwa sekolah Kesatuan Bangsa tidak memiliki keterkaitan apapun dengan politik dalam maupun luar negeri, apalagi jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO) seperti yang dituduhkan Pemerintah Turki.

"Terus terang kami kaget dan sedih karena berita ini pasti menyebar ke berbagai pihak termasuk wali murid," kata Nurani saat ditemui di ruang kerjanya.

Nurani mengatakan Sekolah Kesatuah Bangsa yang berdiri sejak 2011 di Jalan Wates KM 10 Kabupaten Bantul murni dimiliki yayasan lokal yakni Yayasan Kesatuan Bangsa Manidiri milik pengusaha Probo Sutedjo.

Probo yang merupakan adik seibu mantan Presiden Soeharto juga merupakan pendiri Universitas Mercu Buana.

"Bahkan Yayasan Kesatuan Bangsa Mandiri juga tidak memiliki hubungan dengan sekolah-sekolah lain yang juga dituduh Pemerintah Turki terkait jaringan Gulen," kata dia.

Nurani juga membantah sekolah yang dipimpinnya mengajarkan pemikiran Fethullah Gulen.

"Saya memang pernah melihat buku Fethullah Gulen, bagus, tapi tentu berat untuk dibaca anak-anak. Bahkan anak-anak di sini tidak kenal siapa itu Fethullah Gulen," kata dia.

Sebelumnya Pemerintah Turki melalui Kedutaan Besarnya di Indonesia telah mengeluarkan rilis yang meminta Pemerintah RI melakukan penutupan sekolah-sekolah terkait jaringan Organisasi Teroris Fethullah (FETO).

FETO merupakan sebutan Pemerintah Turki untuk para pengikut Fethullah Gulen, seorang ulama yang disebut-sebut Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang terjadi di Turki, beberapa waktu lalu.

Dalam rilis tersebut ada 9 sekolah di Indonesia yang diduga terkait dengan jaringan Gulen, salah satu di antaranya adalah Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School, Yogyakarta.

"Mengenai kabar itu tadi pagi kami langsung berkoordinasi dengan seluruh guru serta mengirimkan tanggapan kepada wali murid sekolah karena sebagian besar orang tua siswa ada di luar Jawa," kata Nurani.

Sementara itu, Budayawan Emha Ainun Najib yang menyekolahkan dua anaknya di sekolah itu langsung menemui kepala sekolah untuk mengonfirmasi mengenai kabar yang beredar itu.

Emha yang akrab disapa Cak Nun itu mangaku geram dengan tuduhan Pemerintah Turki tersebut terhadap sekolah yang pernah meraih medali Olimpiade Sains Nasional (OSN) terbanyak se-Indonesia pada 2015 itu.

Ia menilai Sekolah Kesatuan Bangsa yang menjadi pilihan untuk menyekolahkan dua anaknya yakni Aqiela Fadia Haya (Kelas XI), Jembar Tahta Aunillah (Kelas IX) jauh dari tuduhan tersebut.

"Sangat keterlaluan jauhnya. Saya menyekolahkan anak saya di sini telah mempelajari berbagai kemungkinan pendidikan yang ada," katanya seusai menemui pihak sekolah itu, didampingi istrinya, Novia Kolopaking.

Menurut dia, sebagai wali murid ia menemukan tingkat keamanan di sekolah itu cukup baik, baik dari kejahatan, serta pengaruh budaya atau pemikiran yang tidak benar.

"Penerapan prinsip pemikirannya aman bahkan setiap potensi anak dieksplorasi sesuai bakatnya," kata Cak Nun.

(L007)