Melihat Borobudur dari Bukit Menoreh

id KPSN Borobudur

Melihat Borobudur dari Bukit Menoreh

Kabupaten Kulon Progo, DIY, telah menyiapkan kasasan otorita dan kawasan koordinati KPSN Boronudur. (Foto Mamiek/Antara)

Keindahan dan kemegahan Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sudah diakui dunia, bahkan diakui menjadi 10 keajaiban dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO.

Namun, perlu dikelola secara profesional supaya mampu menggerakan perekonomian di kawasan Borobudur yang berbasis budaya dan religi.
Selama ini, Borobodur belum dikelola secara optimal sehingga belum menggerakan perekonomian warga di sekitarnya, seperti di Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Purworejo.

"Borobudur ibarat obat generik yang belum dikemas dengan baik", sehingga jumlah pengunjung belum memenuhi target dan belum mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat.

Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjadikan Candi Borobudur menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional menjadi angin segar bagi kabupaten di luar Magelang untuk menjadi daerah penyangga atau kawasan koordinatif.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengembangkan Kawasan Bukit Menoreh sebagai pariwisata baru sebagai penopang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Hal ini setelah ditunjuknya kawasan otorita sudah disepakati, meliputi tiga kabupaten yakni Magelang di wilayah Kecamatan Salaman, Kulon Progo di Samigaluh, dan Purworejo di Bener.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sudah menyiapkan kawasan penyangga pengembangan pariwsata Borobudur di Bukit Menoreh yaitu seluas 253 hektare.
Potensi wisata yang sudah ada di Kulon Progo adalah wisata religi di Sendangsono yang dikunjungi oleh pemeluk Katolik lokal dan macanegara dan ada komunitas Buddhis sebanyak 4.000 orang yang berada di Sentra Gua Kiskendo, Bukit Menoreh.

Pemkab bekerja sama dengan Maenstro Tari Didik Nini Thowok membangun Kampoeng Nusantara dan Taman Kerajaan-kerajaan Nusantara di Kecamatan Girimulyo. Tujuannya, mampu menarik wisatawan dari mancanegara dan wisatawan domestik yang berbasis budaya, keindahan alam dan religi.

Selain itu, Pemkab Kulon Progo bekerja sama dengan pelaku wisata di Kecamatan Samigaluh mengembangkan potensi wisata yakni Puncak Suroloyo, Kebun Teh Nglinggo-Tritis yang dapat menjadi lokasi tertinggi untuk melihat Borobudur dari ketinggian. Sehingga wisatawan sudah menikmati kemegahan dan keindahan Borobudur di kawasan Bukit Menoreh, Kulon Progo.

Saat ini, sedikinya ada 15 desa wisata baru yang dikembangkan masyarakat secara mandiri yang tersebar di Kecamatan Samigaluh, Girimulyo dan Kalibawang. Destinasi baru tersebut sudah berkembang pesat dalam dua tahun terakhir, tinggal pengemasan dan promosi kepada masyarakat luas.

Destinasi baru yang dikelola desa wisata, di antaranya Sungai Taman Tuk Mudal, kawasan hutan Gua Kikendo, Grojogkan Sewu, Bukit Isis, Kebun Teh Tritis dan Nglinggo, wisata pendidikan, wisata kuliner makanan kas lokal, Dolan Deso.

Destinasi ini mulai menggerakan perekonomian masyarakat dan mengurangi penangguran. Namun, percepatan pertumbuhan destinasi wisata tersebut membutuhkan intervensi pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat supaya menjadi penopang Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur.

"Kami secara bertahap membangun dan memperlebar jalan menuju obek wisata di Kawasan Bukit Menoreh supaya destinasi wisata baru tersebut dapat berkembang cepat. Warga ada yang merelakan tanahnya untuk dibangun jalan, tanpa minta ganti rugi. Hal ini menjadi suntikan semangat bagi pemerintah membangun kawasan Bukit Menoreh," kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo.

Kelok sembilan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga telah menyiapkan konsep pembangunan kelok sembilan di kawasan Kebun Teh Nglinggo-Tritis- Suroloyo supaya dapat menikmati keindahan Borobudur dari kawasan Bukit Menoreh. Hal ini dilatarbelakangi, daerah ini berkelok-kelok, tapi lokasinya sangat strategis menjadi pusat pertumbuhan baru wisata pendukung.

Rencana pembangunan kelok sembilan ini tinggal menunggu realiasi dari Tim Otorita Kawasan Strategis Borobudur membangun kawasan ini. Selain itu, membutuhkan komitmen bersama dalam mewujudkan percepatan pengembangan wisata di kawasan Bukit Menoreh.

Untuk itu, Pemkab Kulon Progo mengidentifikasi dan memetakan jalan-jalan dan titik-titik lokasi di Samigaluh yang dapat menjadi penopang KSPN Borobudur.
Bahkan, pemkab secara bertahap juga menyiapkan infrastruktur pendukung yakni air bersih. Untuk menunjang ketersediaan air bersih di wilayah utara termasuk Samigaluh, pemkab melalui PDAM sudah menaikkan air dengan kapasitas 50 liter per detik.

Air baku berasal dari Sungai Progo yang pengolahannya di Banjaroya Kalibawang dengan kapasitas 100 liter per detik. Upaya penyediaan kebutuhan air bersih tersebut sekaligus bisa menjadi pendukung pengembangan kawasan strategis Borobudur.

"Sekarang jaringannya sudah sampai wilayah Kota Kecamatan Samigaluh. Kami akan naikkan lagi ke Gunung Kucir yang merupakan lokasi tertinggi, sehingga akan bisa menjangkau seluruh wilayah," ujar Hasto.

Wisatawan naik
Badan Otorita Pariwisata Borobudur akan melakukan pengembangan pariwisata Borobudur perlu diubah dari pendekatan "heritage tourism" menjadi "religious tourism", sehingga jumlah turis yang datang ke Borobudur dapat lebih banyak dan waktu berkunjung turis dapat lebih lama yaitu 3-5 hari.

Untuk mencapai tujuan dalam pengembangan pariwisata Borobodur perlu ada kepemilikanyang terpusat dan terintegrasi serta manajemen yang terpadu dengan melibatkan pemerintahdaerah, BUMN, rakyat, dan pihak swasta sehingga ada rasa memiliki.

Saat ini, jumlah wisatawan relatif kecil yakni 300 ribu orang per tahun dan waktu kunjungan wisatawan ke Borobudur kurang dari satu hari. Di Angkor Wat di Kamboja dapat menarik kunjungan wisatawan yang lebih besar yaitu 7,5 juta orang per tahun karena pendekatan "religious tourism".

Namun demikian, pengembangan pariwisata Borobudur dengan pendekatan tourism religious perlu mengubah tata ruang, suasana, dan atmosfer di kawasan Borobudur menjadi lebih sakral, sehingga ada waktu bagi para pengunjung Borobudur untuk melakukan ritual agama.

Kemudian, merealokasi dan memperbaharui penduduk ke Bukit Menoreh dengan memberikan tanah dua kali lebih luas dari tanah yang dimiliki oleh penduduk saat ini. Pemerintah telah menyiapkan lahan seluas 500 hektare di kaki Bukit Menoreh dalam rangka pengembangan pariwisata Borobudur. Kontur wilayah Bukit Menoreh yang berbukit dapat memperindah kawasan destinasi wisata Borobudur.

Manajemen pengembangan pariwisata Borobudur adalah "one location, one management", agar pengelolaanya dapat terintegrasi dan solid dengan visi dan target-target yang dapat dimonitor.

Selain itu, keberadaan pemerintah daerah, BUMN, dan swasta dalam pengelolaan pariwisata Borobudur perlu dilebur dan ada valuasi terhadap semua aset yang ada, sehingga kepemilikan bisa terpadu dan dikelola oleh tenaga profesional dengan target kualitatif dan kuantitatif.

(U.KR-STR)