Disbudpar Gunung Kidul bina desa wisata

id Desa wisata Nglanggeran

Disbudpar Gunung Kidul bina desa wisata

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Bupati Gunung Kidul Badingah meninjau embung di kawasan kebun buah Nglanggeran, Gunung Kidul. Embung ini berfungsi untuk mencukupi kebutuhan air saat musim kemarau untuk tanaman dan masyarakat disekit

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membina desa wisata yang belum optimal dalam pengelolaan potensi yang dikembangkan untuk mendongkrak kunjungan wisatawan.

Kepala Disbudpar Gunung Kidul Saryanto di Gunung Kidul, Minggu, mengatakan dari 12 desa wisata di Gunung Kidul, beberapa di antaranya mati suri.

"Desa wisata yang tergolong mati suri akan kami dampingi dan dilihat apakah permasalahannya, nanti dicarikan solusi," katanya.

Ia mengatakan desa wisata yang mati suri, yakni Desa Wisata Mojo di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Desa Wisata Ponjong di Kecamatan Ponjong yang memilki objek wisata Gua Cokro, Desa Wisata Kemuning di Kecamatan Patuk, Desa Wisata Turunan di Kecamatan Panggang dan Desa Wisata Mulo di Wonosari.

Adapun desa wisata yang berkembang di antaranya Desa Wisata Bejiharjo, Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Bleberan.

Selain mencari solusi, pihaknya mendorong desa wisata baru untuk berkembang, seperta Desa Giritirto yang memiliki Gua Verme.

Ia mengharapkan desa wisata yang optimal pengelolaannya, mendorong perekonoman masyarakat.

"Nantinya akan dibentuk BUMDes sehingga bisa maksimal dalam pengelolaannya," katanya.

Kepala Bidang Pengembangann Produk Wisata Disbubpar Gunung Kidul Hary Sukmono mengatakan pihaknya mendorong desa wisata serius dalam pengelolaan.

Salah satunya, katanya, dengan pengembangan destinasi wisata sehingga tidak monoton.

"Kalau hanya monoton tidak ada wahana yang ditawarkan, ya akan mati suri," kata dia.

Ia mengatakan jumlah desa wisata di daerah itu cukup banyak tersebar di berbagai penjuru wilayah. Setiap kecamatan pasti ada destinasi wisata yang "dijual" ke publik.

"Namun kami prihatin, sejumlah desa wisata sempat dibuka namun sekarang mati suri. Namun secara kepengurusan masih ada," kata Hary.

(KR-STR)