Pemerintah diminta kaji rencana kenaikan harga rokok

id rokok

Pemerintah diminta kaji rencana kenaikan harga rokok

Ilustrasi cukai rokok (foto dewiaryani.com)

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Petani tembakau di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta pemerintah pusat mengkaji ulang rencana menaikkan harga rokok hingga mencapai Rp50 ribu per bungkus supaya tidak merugikan rakyat kecil.

Salah seorang petani tembakau di Desa Wareng, Wonosari, Rabiyo di Gunung Kidul, Selasa, mengaku keberatan jika harga rokok dinaikan karena dapat merugikan petani tembakau.

"Harapan saya agar harga rokok distabilkan saja," kata Rabiyo.

Rabiyo mengatakan kalau harga rokok dinaikan, dikhawatirkan akan menurunkan jumlah pendapatan para petani lokal Gunung Kidul. Kenaikan harga rokok akan menurun jumlah perokok yang ada.

"Kalau begitukan petani tembakau juga mengalami penurunan jumlah pendapatan hingga gulung tikar," kata dia.

Keresahan petani tembakau bertambah, karena cuaca buruk yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir menurunkan kualitas tembakau mereka.

Rabiyo mengungkapkan bahwa banyak tanaman tembakau yang diserang oleh jamur. Dirinya menanam 25 ribu batang tembakau yang ditanam di tanah seluas kurang lebih setengah hektare, sedikitnya 8.000-an batang mengalami daun keriting, dan tumbuh tidak maksimal.

"Banyak daun yang menguning dan juga tumbuh tidak maksimal," ungkapnya.

Ia mengaku sudah berupaya melakukan pengobatan, namun kondisinya tetap sama. Hasil konsultasi dari pendamping pertanian diketahui jika virus yang menyerang tergolong baru dan belum ada obatnya.

Selain itu, menurunnya jumlah kualitas tembakau juga berdampak pada menurunnya harga ditingkat petani. Mereka mengaku bahwa saat ini harga tembakau terbaik dijual dengan harga Rp26.000 setiap kilogram.

"Pada 2015, harga tembakau di tingkat petani bisa mencapai Rp32.000 per kg," katanya.

Dia berharap agar wacana tersebut dikaji ulang karena dapat merugikan petani tembakau lokal.

"Kalau harapan saya kebijakan tersebut jangan dilaksanakan, lebih baik harga jual tembakaunya saja yang dinaikan," tutupnya.

Berbeda dengan Rabiyo, petani tembakau lainnya, Hadi Suwito mengaku senang dengan wacana tersebut, sebab dengan naiknya harga rokok bisa memicu kenaikan harga tembakau.

"Logikanya begitu, kalau harga rokok naik kita jual tembakaunya ikut naik," ungkapnya.

(KR-STR)