Disperingdakop : rekomendasi pengecer premium tidak berlaku

id pengecer

Disperingdakop : rekomendasi pengecer premium tidak berlaku

Ilustrasi penjual BBM eceran (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara) - Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulistyanto, mengatakan rekomendasi bagi pengecer premium yang sebelumnya dikeluarkan instansi tersebut sudah tidak berlaku.

"Kalau surat rekomendasi pengecer premium kita sudah tidak mengeluarkan sejak Agustus, dan surat rekomendasi yang masih dikantongi pengecer sudah tidak berlaku meskipun masa berlakunya belum habis," katanya di Bantul, Minggu.

Dia menjelaskan tidak berlakunya surat rekomendasi bagi pengecer premium itu menyusul adanya kebijakan larangan pembelian jenis bahan bakat minyak (BBM) itu di stasiun pengisian bahan bakar umum dengan jerigen dari pusat, sejak 1 Agustus 2016.

Sebelum kebijakan tersebut dikeluarkan, instansinya mengeluarkan rekomendasi bagi pengecer untuk membeli premium di SPBU yang ditunjuk dengan maksimal pembelian 20 liter per hari. Rekomendasi itu berlaku selama tiga bulan dan bisa diperpanjang.

"Kebijakan itu (Larangan pembelian premium dengan jerigen, red.) mungkin karena produksi premium sudah dikurangi, bahkan dihapus karena tidak ramah lingkungan, dan akan diganti dengan pertalite," katanya.

Dengan demikian, kata Sulis--sapaan akrabnya, pengecer BBM hanya diperbolehkan membeli atau kulakan pertalite maupun pertamax di SPBU dengan menggunakan jerigen untuk kemudian dijual ke konsumen langsung atau pengendara bermotor.

"Pembelian pertalite di SPBU boleh menggunakan jerigen, bahkan tidak memakai surat rekomendasi, artinya pengecer boleh membeli berapapun yang dibutuhkan, karena keputusan rapat sejauh ini tidak ada batasan," katanya.

Terkait dengan kebijakan akibat pengurangan premium di pasaran tersebut, pihaknya sependapat, namun demikian peralihan tersebut harusnya dibiarkan secara alami, mengingat semua jenis BBM, kecuali solar, sudah tidak ada subsidi.

"Saya sepakat premium dikurangi bahkan mungkin dihilangkan, tetapi harapan saya prosesnya kenapa tidak dibiarkan secara alamiah saja," katanya.

(KR-HRI)