Kota Yogyakarta mulai uji pengendalian DBD gunakan "wolbachia"

id wolbachia

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kota Yogyakarta mulai melakukan uji pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan memanfaatkan nyamuk aedes aegypti yang membawa bakteri wolbachia setelah pengujian serupa dilakukan di Kabupaten Sleman dan Bantul.

"Setelah pengujian dengan metode wolbachia di Sleman dan Bantul menunjukkan hasil yang menjanjikan, maka kami berharap hasil yang baik di Kota Yogyakarta. Metode ini menjadi pelengkap dalam upaya mencegah dan menanggulangi penularan demam berdarah dengue (DBD)," kata Peneliti Utama Eliminate Dengue Project Yogyakarta Adi Utarini di sela peluncuran metode wolbachia di Yogyakarta, Rabu.

Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta bersama Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan pengujian pengendalian demam berdarah dengue dengan metode wolbachia di tujuh kelurahan, yaitu Tegalrejo, Kricak, Karangwaru, Bener, Wirobrajan, Pakuncen dan Patangpuluhan.

Pengujian pengendalian DBD dengan metode wolbachia yang diterapkan di Kota Yogyakarta berbeda dengan metode yang diterapkan di Kabupaten Sleman namun hampir sama dengan metode yang diterapkan di Kabupaten Bantul.

Kota Yogyakarta tidak melepaskan nyamuk yang sudah mengandung bakteri wolbachia ke lingkungan, namun memilih metode dengan menggunakan telur nyamuk yang sudah mengandung wolbachia.

Telur nyamuk tersebut ditempatkan di ember berisi air dan harus "diasuh" oleh masyarakat hingga tumbuh menjadi nyamuk dewasa dan siap dilepaskan ke lingkungan.

Nyamuk dewasa yang sudah mengandung bakteri wolbachia diharapkan kawin dengan nyamuk yang sudah ada di lingkungan dan menghasilkan keturunan nyamuk mengandung wolbachia sehingga menghambat penularan DBD.

EDP berencana menyebar sekitar 6.000 ember yang masing-masing berisi 100 telur nyamuk wolbachia di tujuh kelurahan secara bertahap dan setelah 60 persen populasi nyamuk mengandung wolbachia, maka penelitian akan mulai dilakukan.

"Kami memanfaatkan Yogyakarta bagian timur seperti Kotagede sebagai kontrol atau pembanding karena di wilayah tersebut tidak terdapat nyamuk yang mengandung wolbachia," katanya.

Berdasarkan hasil evaluasi di Sleman dan Bantul, Adi mengatakan populasi nyamuk yang mengandung wolbachia semakin banyak, dan tidak ada penularan lokal DBD di lingkungan yang memiliki nyamuk wolbachia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia menyambut baik pengujian pengendalian DBD yang dilakukan di tujuh kelurahan karena kasus DBD di Kota Yogyakarta cukup tinggi.

Berdasarkan data, jumlah kasus DBD hingga Agustus mencapai 1.102 kasus dengan tujuh kematian. "Tiga di antaranya masih diaudit, apakah benar disebabkan oleh DBD atau tidak," katanya.

Sejumlah wilayah dengan jumlah kasus DBD terbanyak di antaranya adalah Rejowinangun, Tegalrejo, Pakuncen dan Baciro. "Jadi sangat tepat jika Tegalrejo dipilih sebagai lokasi pengujian," katanya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Muhammad Dimyati mengatakan, pengujian metode wolbachia merupakan inovasi untuk mencari upaya terbaik dalam menangani DBD.

"Kami pun mendorong filantropis dan masyarakat untuk bisa berperan aktif dalam berbagai penetian untuk mencari inovasi dalam menangani berbagai masalah," katanya. 

(E013)