Petani didorong terapkan pemupukan berimbang

id petani

Petani didorong terapkan pemupukan berimbang

Petani sedang merawat tanaman cabai di Kabupaten Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul, (Antara Jogja) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong petani padi di daerah itu menerapkan pemupukan berimbang dalam menggarap lahan pertanian mereka.

"Penggunaan pupuk memang tidak bisa diatur, namun kita dorong penggunaan pupuk berimbang, petani tidak perlu mengubah sepenuhnya tetapi pelahan," kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Bantul, Setiya di Bantul, Sabtu.

Menurut dia, dengan pemupukan berimbang antara pupuk organik dengan pupuk kimia akan bisa mengembalikan kualitas tanah dan meningkatkan kesuburan lahan, sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas hasil pertanian.

Ia mengatakan, dorongan sistem pertanian dengan pemupukan berimbang itu karena diakui selama ini petani masih kurang dalam menggunakan pupuk organik dan cenderung lebih banyak gunakan pupuk urea saat pemupukan.

"Untuk itu kita juga dorong agar Dinas Pertanian apalagi nantinya dengan OPD (organisasi perangkat daerah) baru nantinya ada kebijakan yang memihak kepada petani yang gunakan pupuk organik," katanya.

Setiya mengatakan, budaya penggunaan pupuk organik atau berimbang dalam pertanian mestinya didorong Pemda Bantul, sebab wilayah Bantul ini berada pada posisi hilir yang kualitas air tanah tidak sebagus di daerah hulu.

"Kita punya wacana kaitannya dengan optimalisasi pupuk organik, apalagi lahan pertanian di Bantul terus mengalami penyusutan tiap tahun akibat alih fungsi lahan. Maka itu dengan lahan yang ada harus dioptimalkan," katanya.

Ia juga mengatakan, Pemkab Bantul saat ini sedang menyusun Peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang mengamanahkan bahwa di Bantul terdiri 17 kecamatan harus ada seluas 13.000 hektare untuk ketanahan pangan.

"Harus ada jaminannya berupa perda, kalau Perda DIY tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sudah ada, tapi bersifat makro, maka itu perlu ada detail pemetaan lahan abadi 13.000 hektare itu," katanya.***3***

(KR-HRI)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024