Tiga negara percepat respons insiden di Selat Malaka

id selat malaka

Tiga negara percepat respons insiden di Selat Malaka

Kapal Negara (KN) Purworejo SAR 101 dan Helikopter Basarnas HR1522 dikerahkan untuk pencarian pesawat Malaysia Airlines System (MAS) MH370 di kawasan perairan laut Selat Malaka, DOK (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/Asf/Spt/14.)

Yogyakarta (Antara) - Tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura sepakat berupaya mempercepat respons terhadap beragam insiden yang terjadi di Selat Malaka seperti kecelakaan kapal laut hingga kebocoran minyak.

"Kita sepakat untuk memberi respons yang cepat terhadap berbagai insiden yang terjadi," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, forum tiga negara yang terkait dengan Selat Malaka adalah kesepakatan untuk memberikan layanan yang baik dalam pelayaran di Selat Malaka dan proteksi dalam pelestarian lingkungan di kawasan laut.

Sementara itu, Deputi Dirjen Departemen Kelautan Malaysia Dato Rossid bin Musa mengatakan saat ini ketiga negara masih berbincang untuk mencari tahu apa kaedah terbaik terkait dengan bencana di laut.

"Saya percaya ketiga negara ada SOP bagaimana koordinasi bilamana bencana kelautan itu terjadi," katanya.

Sebagaimana diwartakan, Indonesia menjadi tuan rumah dalam menggelar "Tripartite Technical Experts Group" (TTEG) ke-41 dan "Cooperation Forum" (CF) ke-9 yang merupakan konferensi terkait keselamatan alur pelayaran maritim di jalur Selat Malaka dan Singapura.

Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Sugihardjo, kerja sama beberapa negara itu juga dinilai selaras dengan realisasi Presiden Joko Widodo yang memiliki visi Poros Maritim Dunia guna memperkuat identitas kebangsaan sebagai negara maritim.

"Selat Malaka salah satu jalur pelayaran strategis dan vital untuk menghubungkan alur pelayaran dengan berbagai negara di dunia," ujarnya.

Sedangkan para peserta yang diundang selain tiga negara anggota TTEG adalah terdapat sekitar 10 negara, termasuk perwakilan dari Australia, China, Denmark, India, Jepang dan Jerman.

Diperkirakan dalam setahun terdapat sekitar 70-80 ribu kapal yang berlayar di selat yang terkenal sempit tersebut. Karena jumlah itu hanya berdasarkan kapal yang terdeteksi "AIS" (Automatic Identification System), maka jumlahnya bisa lebih besar dari itu.***1***(M040)

Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024