KWT Bantul produksi minuman seduh daun kelor

id daun teh

KWT Bantul produksi minuman seduh daun kelor

Proses pengeringan daun kelor untuk olahan minuman seduh di Bantul, DIY (Foto Antara/Hery Sidik)

Bantul (Antara) - Kelompok Wanita Tani Ngudi Rejeki Pedukuhan Kweden, Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memproduksi minuman seduh dari daun kelor guna menambah inovasi produk kuliner olahan kelompok mereka.

"Memproduksi teh (minuman seduh) daun kelor ini sudah dilakukan kelompok sejak dua bulan lalu dan kami bersyukur produk minuman olahan ini sekarang diminati konsumen dari berbagai kalangan," kata Ketua KWT Ngudi Rejeki Suharti di Bantul, Kamis.

Menurut dia, memproduksi minuman seduh atau yang disebutnya teh daun kelor ini dilaksanakan pertama kali guna menghadapi agenda Bantul Expo 2016 awal Agustus lalu. Produk minuman tersebut dikemas dalam bungkus berisi daun kelor kering siap seduh.

Bahkan kata dia, teh daun kelor olahan kelompok selama perayaan Bantul Ekspo tersebut mendapat sambutan positif dari konsumen berbagai kalangan, sehingga setidaknya selama dua minggu itu laku terjual sekitar 200 bungkus yang dikemas seberat sembilan gram.

"Dari Agustus sampai akhir September ini sudah ada sekitar 500 bungkus yang terjual, konsumen teh daun kelor untuk sementara ini masih sekitar Bantul," katanya.

Ia mengatakan, tiap bungkus teh daun kelor yang diproduksi KWT ini dijual dengan harga Rp3.000 per kemasan, tiap bungkus bisa dipakai membuat minuman 10 sampai 12 gelas sesuai dengan selera.

"Kapasitas produksi teh daun kelor per bulan sekitar 300 bungkus, kelompok kami beranggotakan sebanyak 21 orang perempuan, anggota memproduksi secara bergantian," katanya.

Sementara itu, Sekretaris KWT Ngudi Rejeki, Siti Haida Hutagaul mengatakan, selain memproduksi teh daun kelor dalam bentuk kemasan, kelompoknya juga menyediakan minuman tersebut siap saji di warung kulinernya yang juga menjajakan soto kelor dan mi kelor.

"Kami juga produksi kopi olahan dari daun kelor dan coklat kelor. Untuk kopi kelor dan coklat kelor ini produksinya masih terbatas, karena selama dua bulan ini baru jual 75 bungkus kopi dan 30 bungkus coklat kelor," katanya.

Menurut dia, ide pembuatan minuman dan makanan dari olahan daun kelor ini berawal dari dorongan Camat Bantul yang berkeinginan bahwa KWT ini agar mempunyai produk unggulan khas yang tidak diproduksi kelompok lain baik di Bantul maupun luar daerah.

"Di tingkat kabupatan KWT kita juara satu, di tingkat DIY juara dua. Ini membuat bu camat berkunjung ke KWT juara satu dan bertanya, dari hasil itu kita diminta berinovasi dengan mengolah daun kelor, karena di Bantul banyak daun kelor," katanya.

(KR-HRI)