Permintaan ekspor kerajinan "mendong" terkendala SDM

id Kerajinan mendong

Permintaan ekspor kerajinan "mendong" terkendala SDM

Pelaku UKM kerajinan serat alam mendong Dusun Plembon, Minggir, Sleman Dwiyanto kesulitan memenuhi peemintaan pasar internasional karena keterbatasan SDM. (Foto Antara/Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman (Antara Jogja) - Pengrajn serat alam "mendong" di Dusun Plembon, Sendangsari, Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta belum mampu memenuhi permintaan ekspor ke sejumlah negara karena keterbatasan sumber daya manuasia yang mengerjakan.

"Saat ini hasil kerajinan serat alam `mendong` baru dapat memenuhi permintaan untuk ekspor ke Jerman dan Jepang, sedangkan untuk lainnya masih belum mampu," kata perajin serat alam "mendong" dan pandan Dwiyanto (48) warga Dusun Plembon, Sleman, Jumat.

Menurut dia, sebenarnya banyak mendapat pesanan dari para pembeli untuk mengekspor berbagai kerajinan anyaman serat alam, namun permintaan banyak yang ditolak.

"Kami masih terkendala SDM yang mampu memproduksi kerajinan dengan cepat dan berkualitas sehingga jumlah produksi belum mampu untuk memenuhi permintaan ekspor," katanya.

Ia mengatakan dari sisi permodalan sebenarnya tidak ada masalah, karena dirinya bisa mendapat bantuan dari sejumlah lembaga perbankan.

"Dari permodalan tidak ada masalah sebenarnya, kami juga mendapat bantuan permodalan dari BPR Bank Sleman. Namun masalah SDM yang masih menjadi kendala. Untuk kuantitas produk, kami belum bisa melayani jumlah besar karena SDM terbatas," katanya.

Dwiyanto mengatakan saat ini dirinya hanya memiliki tenaga produksi 10 orang dan 20 orang penganyam mendong dari warga sekitar. Mereka memproduksi berbagai macam produk kerajinan mendong seperti tas, dompet, sajadah, sandal, kotak tisu, dompet, gantungan kunci, dan lainnya.

"Dalam satu bulan, penganyam rata-rata bisa menghasilkan bahan mentah lembaran anyamanan sebanyak 100 lembar dengan ukuran 130x70 centimeter," katanya.

Pemilik "Deriji Handycraft" ini mengatakan, kapasitas produksi barang kerajinan rata-rata hanya sekitar 800 item dompet, 600 pasang sandal, dan 30 biji tas.

"Masih terbatasnya kapasitas produksinya, kamu masih memenuhi permintaan pasar domestik dulu. Sebagian besar produk dipasarkan ke toko kerajinan di Jakarta, Surabaya, Bandung, Manado, Gorontalo, Aceh, Medan, hingga Papua," katanya.

Ia mengatakan, untuk pasar ekspor, kuantitas pesanannya bisa berkali-kali lipat.

"Pengrajin anyamannya sekarang kebanyakan juga sudah tua, sudah banyak yang nenek-nenek. Padahal potensinya bagus karena di sini juga ada budi daya mendong," katanya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi hal penting yang harus dilakukan UMKM. Hal itu dinilai sebagai faktor utama bagi UMKM untuk berinovasi dan berkreasi dalam memajukan pengembangan usaha.

"Saat ini di Sleman terdapat 16.230 unit usaha industri kecil dan ribuan UKM di sektor lain yang terus dibina dan didorong Pemerintah Kabupaten Sleman untuk dapat meningkatakan daya saingnya di era MEA.

"Perlu ada peningkatan kapasitas SDM pelaku UMKM agar mampu meningkatkan kinerja dan daya saing dalam menghadapi MEA," katanya.
V001
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024