Masyarakat diharapkan tanggap alergi

id Masyarakat diharapkan tanggap alergi

Masyarakat diharapkan tanggap alergi

Roadshow edukasi tanggap alergi (Foto Antara/Bambang Sutopo Hadi)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Masyarakat diharapkan tanggap alergi dengan pola kenali, konsultasikan, dan kendalikan atau 3K, kata Head of Tailored Nutrition Sarihusada Dr Maria Melisa.

"Kami mendorong setiap orang tua untuk mengingat 3K sebagai pengetahuan untuk melakukan diagnosa alergi sejak dini serta memberikan nutrisi yang tepat di awal kehidupan," katanya di Klinik Ramadhan Yogyakarta, Rabu.

Pada "roadshow" edukasi "Tanggap Alergi", Maria mengatakan alergi tidak saja berdampak pada tingkat kesehatan di kemudian hari, tetapi juga dapat berdampak pada produktivitas penderita alergi.

Sarihusada sebagai perusahaan yang memiliki komitmen untuk mendukung serta mendampingi orang tua dalam masa tumbuh kembang anak termasuk anak dengan alergi, berkomitmen dalam mengedukasi, dan mengajak masyarakat untuk tanggap alergi dengan program 3K.

"Edukasi itu dilakukan baik melalui penyuluhan langsung maupun informasi yang didapatkan di website alergianak.com. Mencegah lebih baik daripada mengobati alergi," kata Maria.

Dr Wahyudi Istiono dari Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan selama ini masih banyak orang tua yang belum memahami cara mengenali gejala alergi yang tepat tetapi mencoba mengambil solusi sendiri.

Untuk itu dibutuhkan edukasi yang berkelanjutan dan komprehensif yang mudah dipahami mengenai alergi sehingga orang tua dapat mengenali dan menangani risiko dan kejadian alergi dengan tepat agar prevalensi alergi tidak terus meningkat.

Menurut dia, dokter keluarga atau dokter layanan primer memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan edukasi yang berkelanjutan dan komprehensif karena mereka berada di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat satu.

"Banyak masyarakat yang dapat terpapar tentang edukasi dan penanganan yang tepat oleh dokter keluarga atau dokter layanan primer," kata Wahyudi.

Dr Sumadiono SpA(K) dari Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengatakan alergi merupakan bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya meskipun sebenarnya tidak.

Hal itu bisa berupa substansi pemicu alergi atau alergen yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh.

"Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko alergi pada anak yaitu riwayat alergi pada keluarga, kelahiran caesar, makanan tertentu atau sesuatu yang terhirup seperti polusi yang termasuk polusi udara dan asap rokok," katanya.

Menurut dia, dari berbagai faktor pemicu, makanan merupakan salah satu masalah pemicu alergi yang paling sering dialami oleh anak. Sekitar 20 persen anak pada satu tahun pertama mengalami reaksi terhadap makanan yang diberikan.

Secara global, 240-550 juta orang berpotensi menderita alergi makanan. Alergi makanan secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada anak-anak.

"Dampak alergi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup anak seperti terbatasnya aktivitas belajar, bermain, sulit konsentrasi hingga sulit tidur," kata Sumadiono.

(U.B015)
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024