UGM: saatnya Islam hadir sebagai agama damai

id islam agama damai

UGM: saatnya Islam hadir sebagai agama damai

Peneliti Senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadjir Darwin (Foto ANTARA/RH Napitupulu/ags/16)

Yogyakarta (Antara) - Peneliti Senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadjir Darwin mengingatkan agar seluruh umat Islam di Indonesia secara nyata dan berani menghadirkan Islam sebagai agama damai.

"Sudah saatnya Islam benar-benar dihadirkan sebagai agama yang damai, yang mampu untuk percaya kepada saudaranya yang berbeda agama, agar mereka juga percaya pada Islam," ujarnya pada diskusi menyikapi peristiwa Tindakan Anarki Kepada Polri di Kampus Program Doktoral Studi Kebijakan UGM, Jumat.

Menurut dia, dari sejumlah analisis yang berkembang, ada bukti bahwa tindakan penyerangan kepada anggota Polri di Tangerang, Banten tersebut adalah teror dari ISIS.

Jika benar demikian, kata dia, berarti Islam di Indonesia belum bersih dari anasir radikalisme Islam, sebab setiap ada aksi radikal dari orang atau kelompok yang mengatasnamakan Islam, selalu ada klarifikasi dari para tokoh Islam, bahwa aksi tersebut tidak mencerminkan karakter Islam yang sesungguhnya.

"Karena Islam adalah agama yang damai dan menghargai perbedaan," ujarnya.

Meski demikian, lanjut Muhadjir, klarifikasi seperti ini menjadi kurang bermakna jika dinyatakan sekarang, ketika para tokoh atau kelompok orang yang mengatasnamakan Islam justru melakukan politik `kafirisasi` terhadap seorang calon Gubernur beragama Kristen yang menjadi Gubernur petahana di pilkada DKI Jakarta.

"Itu karena politik seperti itu tidak mencerminkan Islam yang damai dan menghargai perbedaan. Istilah `kafir` harus dihentikan sebagai instrumen untuk mendiskreditkan calon dalam kompetisi politik di pilkada," tegas dia.

Selain itu, kriminalisasi terhadap tokoh yang berbeda agama harus dihentikan, apalagi yang bersangkutan telah melakukan klarifikasi dan permintaan maaf atas ucapannya, katanya.

Muhadjir menambahkan, hubungan saling percaya adalah kunci bagi tegaknya bangsa plural yang kuat.

"Pilkada Jakarta menjadi test case, apakah umat Islam lulus dalam ujian ini, menjadi faktor yang memperkuat pilar-pilar kebangsaan, bukan malah yang menghancurkannya," ungkap Muhadjir. ***2*** (KR-RHN)