Pakar: lembaga pendidikan perlu kampanyekan diversifikasi pangan

id singkong

Pakar: lembaga pendidikan  perlu kampanyekan diversifikasi pangan

Ilustrasi (antarfoto.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Lembaga pendidik perlu menuntun masyarakat memiliki wawasan diversifikasi pangan selain beras, kata pakar ekonomi pertanian Universitas Gadjah Mada Jangkung Handoyo Mulyo.

"Diversifikasi pangan selain beras perlu terus dikampanyekan mengingat konsumsi beras di Indonesia paling tinggi daripada negara lainnya," kata dia di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Jangkung, penguatan wawasan diversifikasi pangan selain beras penting dilakukan sejak usia dini sebab masyarakat Indonesia telah telanjur bertahun-tahun memandang beras sebagai bahan kebutuhan pokok makanan.

"Sampai sekarang masyarakat masih berpandangan kalau belum makan nasi, ya, belum makan," kata dia.

Padahal, menurut dia, produksi beras di Indonesia selalu tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia yang saat ini berjumlah 250 juta jiwa.

Sehingga demi menjaga ketahanan pangan, lanjut dia, Indonesia mau tidak mau harus bergantung pada negara Thailand dan Vietnam untuk menutup kebutuhan beras.

"Otomatis perlu impor. Jika hubungan dengan Thailand dan Vietnam terganggu, tentu Indonesia akan kesulitan mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang terlanjur bergantung pada beras," kata dia.

Oleh sebab itu, lembaga pendidikan mulai level terbawah seperti pendidikan usia dini perlu menuntun siswa memiliki wawasan mengenai diversifikasi pangan selain beras, yakni pangan lokal, seperti ketela pohon, ubi jalar, jagung, dan gandum.

"Mungkin sudah ada beberapa sekolah yang mempromosikan pangan lokal selain beras. Namun, masih belum menjadi kebijakan secara nasional," kata dia.

Konsumsi beras di Indonesia, kata dia, saat ini mencapai 135 kilogram per kapita per tahun, sementara di Jepang konsumsi beras hanya mencapai 50 kilogram per kapita per tahun.

L007
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024