Destinasi berbasis masyarakat paling dominan dikunjungi wisatawan

id mangunan

Destinasi berbasis masyarakat paling dominan dikunjungi wisatawan

Pengunjung melihat pemandangan dari puncak Kebun Buah Mangunan, Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat kunjungan wisatawan selama libur Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 paling dominan menyasar destinasi wisata berbasis masyarakat yang tersebar di lima kabupaten/kota di daerah itu.

"Beberapa destinasi berbasis masyarakat untuk liburan Tahun Baru 2017 mengalami kenaikan empat hingga delapan kali lipat dibanding hari biasa," kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisa DIY Arya Nugrahadi di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Arya, destinasi wisata berbasis masyarakat (community based tourism) yang mengalami lonjakan tingkat kunjungan, di antaranya seperti Tebing Breksi, Prambanan Sleman yang dikunjungi hingga 36.400 wisatawan mulai 31 Desember hingga 1 Januari 2017.

Destinasi lainnya yakni kawasan hutan pinus Mangunan, Dlingo, Bantul dikununjungi mencapai 24.000 wisatawan.

"Peningkatannya mencapai 600 hingga 800 persen dibanding kunjungan pada hari biasa," kata Arya.

Oleh sebab itu, menurut dia, pengembangan destinasi wisata berbasis masyarakat masih akan terus digenjot pada 2017 untuk meningkatkan tingkat kunjungan maupun lama tinggal wisatawan di DIY yang rata-rata masih kurang dari dua hari.

"Pengambangan destinasi wisata berbasis masyarakat telah terbukti nyata mampu menggerakkan ekonomi masyarakat melalui perluasan kesempatan kerja sektor pariwisata," kata dia.

Dalam konteks destinasi wisata berbasis masyarakat, menurut dia, seluruh operasional pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat. Pendapatan retribusi juga tidak akan masuk kas daerah, melainkan sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat.

Sejumlah destinasi wisata berbasis masyarakat yang pengembangannya akan mendapatkan dukungan dari Dispar DIY antara lain pengembangan wisata minat khusus teh di perbukitan teh Nglinggo, wisata minat khusus kopi di Puncak Suralaya, pengembangan perbukitan Menoreh, pengembangan daya tarik wisata Gua Kiskendo untuk pembangunan kelengkapan teater Sendratari Sugriwa-Subali, serta pengembangan wisata batik di Sidorejo, Lendah, Kulon Progo.

Sementara itu, khusus untuk pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Gunung Kidul, menurut dia, akan fokus pada pengembangan Geopark, Gunung Sewu yang telah menjadi bagian dari `Global Geoparks Network` (GGN) UNESCO itu.

Geopark Gunung Sewu terbagi atas 33 situs geologi, yaitu 13 situs di Pacitan, 7 situs di Wonogiri, dan 13 situs di Gunung Kidul. Menurut dia, kawasan Geopark Gunung Sewu memadukan tiga keragaman alam yakni keragaman geologi (geo-diversity), keragaman hayati (bio-diversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).

Adapun untuk pengembangan destinasi wisata di Bantul, menurut dia, pada 2017 akan lebih banyak difokuskan untuk mendukung penataan kawasan Laguna, Pantai Depok, sebagai bagian dari tahapan penataan kawasan gumuk pasir dan kuliner, Depok.

"Selain tujuan wisata utama di Candi Prambanan, Malioboro, serta pantai di Gunung Kidul, penyebaran kunjungan wisatawan di beberapa titik pengembangan destinasi baru saat ini sudah menampakkan progresnya," kata dia.***1***

(L007)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024