Produksi cabai di Kulon Progo 18.805 ton

id Cabai

Produksi cabai di Kulon Progo 18.805 ton

Cabai (Foto Antara/Noveradika)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Produksi cabai merah di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 18.805 ton dengan luas tanam 1.986 hektare pada 2016.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Eko Purwanto di Kulon Progo, Sabtu, mengatakan produksi cabai rawit sebanyak 1.611,3 ton dengan luas 120 hektare.

"Lahan cabai dan kecamatan dengan luas tanaman cabai paling luas yakni Kecamatan Panjatan, didukung Wates, Temon, dan Galur," kaya Eko.

Ia mengatakan dari total produksi cabai tersebut, kebutuhan cabai masyarakat Kulon Progo hanya 10 hingga 15 persen, sisanya dijual ke luar DIY, salah satu tujuan utama yakni Jakarta.

Menurut dia, tingginya harga cabai di pasaran saat ini lebih disebabkan kebutuhan masyarakat tinggi, sedangkan hasil panen di sentra produksi turun. Selain itu, curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi produksi cabai.

"Produksi cabai di Kulon Progo dari 2015 sampai 2016 stabil tinggi takni dikisaran 18.000 ton. Kalau curah hujan tidak tinggi, pasti produksi meningkat. Saat tanaman cabai mulai berbunga, terendam air, sehingga petani berupaya menyelamatkan tamanam. Kami masih bersyukur, produksi cabai masih tinggi," katanya.

Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji Sukarman mengatakan harga cabai di tingkat petani terus meningkat karena jumlah produksi turun hingga 50 persen dibandingkan pada masa tanam pertama.

Ia mengatakan musim tanam pertama yakni pada Maret dan mulai panen pada Mei. Pada masa taman pertama, satu hektare tanaman cabai mampu menghasilkan 12 ton hingga 15 ton. Pada September 2016 sampai saat ini, satu hektare tanaman cabai hanya menghasilkan antara 5 ton hingga 7 ton.

"Pada Mei 2016, harga cabai di tingkat petani hanya Rp4.000 hingga Rp5.000 per kg, kami sangat rugi tenaga dan biaya operasional. Pada September 2016, kami mulai menikmati keuntungan dari hasil panen cabai," katanya.

Ia mengatakan hasil panen September sampai sekarang hanya dapat mencukupi permintaan pasar lokal. Tengkulak menjualnya ke Pasar Beringharjo, Giwangan dan Gamping.

Hasil panen Mei, biasanya dijual ke Jakarta dan Sumater. Hal ini dikarenakan permintaan pasar lokal sudah cukup.
"Kami tidak menjual hasil panen ke luar DIY. Permintaan lokal masih kurang," katanya.

(U.KR-STR)