Satgas berani hidup Gunung Kidul rumuskan pencegahan bunuh diri

id Satgas berani hidup Gunung Kidul rumuskan pencegahan bunuh diri

Satgas berani hidup Gunung Kidul rumuskan pencegahan bunuh diri

logo Pemkab Gunung Kidul (foto istimewa)

Gunung Kidul, (Antara Jogja) - Satuan Tugas Berani Hidup Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, merumuskan beberapa rekomendasi untuk melakukan pencegahan bunuh diri yang dalam beberapa pekan terakhir terus terjadi di daerah ini.

Ketua Satgas Berani Hidup Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan dari beberapa kali pertemuan pihaknya merekemondasikan ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mencegah kasus bunuh diri di Gunung Kidul.

Pertama melakukan identifikasi yang dilakukan psikolog nantinya akan ditempatkan di setiap puskesmas. "Penempatan psikolog untuk mengenditifiakasi awal pencegahan. Selama ini puskesmas belum memperhatikan hal tersebut," katanya.

Ia mengatalan puskesmas merupakan salah satu garda terdepan dalam kesehatan masyarakat sehingga nantinya juga ada sosialisasi kepada masyarakat terkait pencegahan bunuh diri.

"Diperlukan pengamatan dini secara psikologis di puskesmas," katanya.

Wakil Bupati Gunung Kidul ini mengatakan kedua dalam jangka menegah diperlukan cara yang lebih komunikatif dengan warga. Salah satunya melalui tokoh agama yang terus melakukan sosialisasi kepada warga melalui kegiatan keagamaan.

"Perlu adanya peningkatan religiuslitas dan spiritualitasnya," katanya.

Terakhir, lanjut Immawan, perlu adanya respon yang cepat dari masyarakat sekitar. Dari beberapa kesaksian masyarakat yang gagal melakukan bunuh diri ada bisikan. Masyarakat yang mendengar keluhan dari seseorang yang mendapatkan bisikan perlu adanya respon cepat, sehingga perlu ditangani.

"Jangan dianggap enteng jika ada warga yang mengaku mendengar bisikan, karena dari pengalaman beberapa orang yang gagal bunuh diri berasal dari mendengar bisikan. Masyarakat harus segera melaporkan ke puskesmas terdekat," katanya.

Dengan adanya rekomendasi tersebut, pihaknya berharap kasus bunuh diri bisa ditekan. "Harapannya tahun ini dan tahun selanjutnya bisa menekan kasus bunuh diri," katanya.

Anggota satgas berani hidup yang juga dokter kesehatan jiwa RSUD Wonosari, Ida Rochmawati mengatakan tingginya kasus bunuh diri setiap tahunnya juga mengalami pergeseran dari segi usia. Sebelumnya banyak kasus usia diatas usia 60 tahun, namun saat ini sudah mulai dibawah 60 tahun.

Ada dua faktor penyebab bunuh diri yaknii faktor biologi, psikologi, dan sosial. Untuk itu diperlukan penanganan serius dan sedini mungkin.

Ida menyebutkan faktor sosial atau budaya yang menyebutkan penyebab bunuh diri yang banyak dipercaya masyarakat mengenai pulung gantung sehingga perlu penanganan yang sinergis antara semua lini untuk mengantisipasinya. Selama ini masih dilakukan parsial sehingga kurang efektif.

"Selama ini tidak ada aturan yang mengikat secara sistem, untuk upaya pencegahan bunuh diri," bebernya.





(U.KR-STR)