BEI DIY siapkan inkubator UKM sambut IPO

id bei

BEI DIY siapkan inkubator UKM sambut IPO

ilustrasi BEI (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyiapkan program inkubator bagi usaha kecil menengah di daerah itu yang berminat mencatatkan sahamnya di bursa melalui penawaran umum perdana saham atau IPO.

"Inkubator sebagai persiapan agar UKM bisa langsung bergabung saat regulasi mengenai IPO bagi UKM nanti digulirkan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia DIY Irfan Noor Riza di Yogyakarta, Rabu.

Menurut Irfan, melalui program inkubator itu baik para pelaku UKM maupun perusahaan rintisan (startup company) akan mendapatkan pemahaman mengenai dunia pasar modal. Mereka juga akan mengetahui manfaat dan keuntungan melakukan IPO di pasar modal.

"Harapan kami bisa dimanfaatkan oleh start-up yang ada di DIY untuk menginkubasi mereka dalam rangka persiapan menuju IPO kelak," kata dia.

Ia mengatakan untuk tahap awal tempat inkubator UKM rencananya akan berlokasi di Kota Yogyakarta. Jika animo UKM cukup besar tidak menutup kemungkinan program inkubator akan menggandeng Galeri Investasi di sejumlah kampus di DIY. "Kami akan coba satu tempat inkubator dulu sambil melihat animonya," kata dia.

Untuk mendorong keterlibatan UKM di pasar modal, menurut Irfan, hingga saat ini BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih menyusun regulasi yang mempermudah sektor usaha kecil melakukan IPO.

Menurut Irfan, banyak manfaat yang didapatkan jika UKM bergabung di pasar modal. Dengan IPO mereka akan mudah mendapatkan alternatif pendanaan dari pasar modal.?

"Semakin banyak UKM yang `go public` di pasar modal, kami berharap semakin banyak masyarakat DIY yang berminat menjadi investor pasar modal," kata dia.

Berdasarkan data BEI DIY jumlah investor pasar modal di DIY hingga Desember 2016 mencapai 22.291 orang, atau meningkat signifikan dibanding 2015 sebanyak 14.952 investor.

Transaksi pasar modal selama 2016 rata-rata mencapai Rp269 miliar per bulan. Tren itu meningkat dibandingkan 2015 yang rata-rata mencapai Rp245 miliar.

Ketua Komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) DIY Prasetyo Atmosutedjo berharap UKM di DIY benar-benar dapat dilibatkan dalam program inkubasi dan IPO tersebut. Hal itu mengingat akses permodalan dari sektor Perbankan masih cukup sulit didapatkan.

"Kami memang memerlukan akses modal alternatif. Peluang kredit usaha rakyat (KUR) yang bunganya telah diturunkan menjadi 9 persen hingga kini masih sulit diakses oleh UKM di DIY," kata dia.


L007
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024