Bekraf jembatani pelaku ekonomi kreatif kepada pemodal

id Bekraf

Bekraf jembatani pelaku ekonomi kreatif kepada pemodal

Sejumlah nara sumber saat memberikan keterangan pada Gelar Bekraf Finansial Club subsektor kriya, seni rupa dan seni pertunjukkan di Sleman Yogyakarta 17 Maret 2017.(Foto Antara/Victorianus Sat Pranyoto)

Sleman, (Antara Jogja) - Badan Ekonomi Kreatif menggelar "Bekraf Financial Club" subsektor kriya, seni rupa dan seni pertunjukan, untuk menjembatani para seniman dalam mengakses permodalan.

Kegiatan yang berlangsung di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat itu dibuka oleh Sekretaris Utama Bekraf Mesdin Kornelis Simamarta dan dihadiri Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional III Jawa Tengah-DIY Muhammad Ishanuddin, dan anggota Komisi X DPR RI Irine Yusiana Roba Putri.

Sementara dari para pelaku ekonomi kreatif hadir seniman tari Didik Nini Thowok, seniman musik Djaduk Ferianto, seniman perupa/gerabah Timbul Raharjo, dan sejumlah pelaku ekonomi kreatif bidang kriya, seni rupa, dan seni pertunjukan.

"Kenapa kegiatan ini kami selenggarakan di Yogyakarta? Karena seni kriya, seni rupa, dan seni pertunjukkan para maestronya ada di Yogyakarta," kata Mesdin Kornelis.

Menurut dia, "Bekraf Financial Club" (BFC) merupakan kegiatan untuk mempertemukan pelaku ekonomi kreatif dan perbankan, dalam rangka memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif untuk memaparkan model bisnis ekonomi kreatif dan mendapat model pembiayaan yang sesuai dari perbankan.

"Dalam kesempatan ini hadir sekitar 60 tamu dari perbankan," katanya.

Ia mengatakan, Bekraf bermaksud meningkatkan permodalan bagi para pelaku ekonomi kreatif melalui perbankan.

"Dengan pertemuan ini diharapkan tercipta pola pembiayaan yang diharapkan oleh kedua belah pihak," katanya.

Mesdin mengatakan, Bekraf membangun ekosistem agar ekonomi kreatif tumbuh di Indonesia.

"Ekosistem ekonomi kreatif adalah tersedia tenaga terampil, infrastruktur, permodalan dan HKI, dan akses ke pasar," katanya.

Ia mengatakan, Bekraf berupaya membangun iklim bisnis melalui regulasi dan kelembagaan. Membangun dalam rangka akses permodalan, mendekatkan pemilik sumber modal agar lebih mengenal ekonomi kreatif bisa menjadi bisnis.

"Selain itu juga mengenalkan pelaku ekonomi kreatif agar tidak alergi terhadap perbankan," katanya.

Muhammad Ishanuddin mengatakan ada anggapan bahwa selama ini ekonomi kreatif belum dilirik perbankan dan sering ditolak bila mengajukan pinjaman permodalan.

"Harus ada intermediasi, pemerintah mulai tahun kemarin meluncurkan program kredit mikro, dengan bunga sekitar sembilan persen per tahun. Ini merupakan salah satu item untuk bisa diakses pelaku ekonomi kreatif," katanya.***1***

(V001)
Pewarta :
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2024