Sleman targetkan sembilan SRA setiap tahun

id sekolah ramah anak

Sleman targetkan sembilan SRA setiap tahun

ilustrasi (antarafoto.com)

Sleman, 18/3 (Antara) - Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menargetkan dapat membentuk sembilan Sekolah Ramah Anak setiap tahunnya.

"Target kami setiap tahun dapat membentuk sembilan Sekolah Ramah Anak (SRA). Program SRA ini telah dimulai sejak 2015 dan ini merupakan tahun ketiga," kata Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Erry Widaryana di Sleman, Sabtu.

Dia mengatakan, pada 2015 telah terbentuk tujuh SRA dan kemudian pada 2016 terbentuk sembilan SRA.

"Tahun ini kami targetkan dapat membentuk sembilan SRA lagi. Kami terus melakukan sosialisasi dan pelatihan terhadap para pemangku kepentingan, direncanakan secara bertahap, selama satu minggu ini seluruh sekolah yang ditunjuk sudah mendapatkan sosialisasi program dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (P3AP2KB)," katanya.

Ia mengatakan SRA menjadi program untuk membangun paradigma mencegah terjadinya kekerasan, baik siswa sebagai korban maupun sebagai pelaku.

"Seluruh elemen di dalam sekolah dilibatkan dalam program tersebut sehingga diharapkan hasil dari kegiatannya bisa lebih optimal, mulai dari guru, siswa, komite sekolah, dan juga para orang tua siswa. Harapannya pencegahan kekerasannya tidak hanya terbangun di sekolah tetapi juga di lingkungan rumah," katanya.

Kepala P3AP2KB Kabupaten Sleman Mafilindati Nuraini mengatakan puluhan anak menjadi korban kekerasan di wilayah Sleman setiap tahunnya.

"Ini menjadi perhatian serius. Jumlah kasus kekerasan pada 2015 di antaranya adalah 44 perempuan dan 43 laki-laki, pada 2016 ada 42 perempuan dan 36 laki-laki sementara untuk tahun ini hingga Maret ada enam perempuan dan sembilan laki-laki. Semuanya masuk katagori anak, yakni berusia di bawah 20 tahun," katanya.

Menurut dia, berdasarkan catatan tempat terjadinya kekerasan diketahui bahwa sebagian besar kasus kekerasan pada anak dan perempuan paling banyak terjadi di rumah, baru diikuti tempat umum dan sekolah.

"Dengan hasil pemetaan tersebut, saat ini sudah disiapkan berbagai program yang diharapkan bisa berjalan secara simultan untuk menekan terjadinya angka kekerasan terhadap anak, termasuk fenomena kekerasan bersenjata di jalanan yang biasa disebut dengan `klithih`," katanya.

Ia mengatakan di lingkungan sekolah diluncurkn program SRA, kemudian di masyarakat disiapkan program Kecamatan Ramah Anak, Desa Ramah Anak.

"Untuk gugus tugas RSA terbentuk 39 sekolah, Desa Ramah Anak inisiasinya di 39 desa, dan saat ini kami sudah memiliki UPT yang menangani langsung perempuan dan anak korban kekerasan dan forum penanganan korban kekerasan perempuan dan anak," katanya. ***4***
Pewarta :
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
COPYRIGHT © ANTARA 2024