Pemkab diminta rumuskan insentif petani pertahankan lahan

id petani

Pemkab diminta rumuskan insentif petani pertahankan lahan

Petani padi (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meminta pemerintah setempat merumuskan insentif kepada petani atau pemilik lahan yang bersedia mempertahankan lahan pertanian.

"Pemda dapat merumuskan insentif kepada pemilik lahan yang mau tetap mempertahankan lahannya sebagai sawah. Saya kira insentif itu perlu dipikirkan," kata Anggota Komisi B DPRD Bantul Setiya di Bantul, Minggu.

Menurut dia, adanya insentif bagi pemilik lahan dan petani sebagai upaya pemda mempertahankan lahan pertanian, sebab sudah disepakati minimal ada 13 ribu hektare untuk dijadikan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Bantul.

Ia mengatakan, sebab sekarang ini pemicu untuk melakukan alih fungsi lahan pertanian sangat kuat, karena nilai ekonomis yang sangat besar, misalnya dijual ke pengembang maupun dibangun rumah tinggal.

"Tentunya intensif bagi petani itu yang nilainya setara, jangan sekedar ada. Sehingga pemilik lahan tetap mempertahankan meski mendapat tawaran alih fungsi dengan nilai ekonomis tinggi," katanya.

Setiya mengatakan, insentif yang diberikan tersebut bisa berupa pembebasan pajak bumi dan bangunan (PBB), subsidi benih, pupuk hingga asuransi kesehatan atau beasiswa pendidikan untuk keluarga petani.

"Nantinya juga bisa dirumuskan dan dicarikan payung hukum yang tepat. Intinya agar lahan pertanian itu bisa terjaga, dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan itu bisa terwujud," katanya.

Sementara itu, ia mengatakan, dalam upaya mewujudkan lahan pertanian berkelanjutan, persoalan sumber daya manusia (SDM) juga perlu dicarikan solusi, karena para petani sudah sangat tua, jarang ada generasi muda yang mau menjadi petani.

Selain itu, kata dia, masalah nilai ekonomis pertanian itu semestinya juga menjadi konsen pemda, bagaimana upaya pemangku kepentingan agar sektor pertanian itu ekonomis dan menjanjikan secara penghasilan.

"Ada banyak pendekatan termasuk penerapan teknologi, manajemen pascapanen. Kita bisa sinergi dengan perguruan tinggi untuk menggunakan riset mereka, DIY kan banyak perguruan tinggi yang memiliki program studi pertanian," katanya.

(KR-HRI)