Gapoktan: petani enggan jual gabah ke Bulog

id gabah

Gapoktan: petani enggan jual gabah ke Bulog

Menjemur gabah Seorang petani sedang menjemur gabah di halaman rumahnya di Dusun Sogam, Kecamatan Wates, Kulon Progo, sabtu (4/4). Musim panen yang melimpah saat ini dengan cuaca yang sering hujan pada tengah hari membuat petani waspada jika sewaktu-

Kulon Progo  (Antara Jogja) - Petani di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, enggan menjual beras atau gabah ke Bulog, kata Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidomaju Cerme Kecamatan Panjatan Suharjono di Kulon Progo, Rabu.

Suharjono menegaskan bahwa petani kesulitan memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan Bulog sehingga mereka memilih menjual gabah kepada tengkulak atau pengepul gabah lokal.

"Jual gabah sangat mudah, tidak serumit kalau kami jual ke Bulog," ujarnya.

Selain itu, petani langsung mendapat uang tunai, berbeda kalau dijual ke Bulog, uang pembayaran harus menunggu relatif lama.

"Petani berharap gabah yang mereka jual langsung mendapat uang. Kalau Bulog, pembayarannya harus tempo," katanya.

Ketua Gapoktan Sarimulyo Kedungsari Kecamatan Pengasih Radi mengatakan bahwa kelompoknya mendapat dana penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (LPDM) sebesar Rp175 juta. Dengan demikian, Gapoktan Sarimulyo berkewajiban membeli gabah atau beras dari petani.

Namun, pihaknya tidak menjual gabah ke Bulog. Harga beli Bulog sangat rendah daripada harga di lapangan.

"Harga gabah yang dibeli gapoktan disesuaikan dengan tengkulak di lapangan. Kami tidak bisa membeli gabah dari petani menggunakan harga yang ditetapkan Bulog. Kalau membeli gabah sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP), kami tidak dapat gabah," kata Radi.

Ia mengatakan bahwa dirinya membeli gabah di atas HPP. Misalnya, tengkulak membeli Rp3.400,00 per kilogram gabah kering giling (GKG), dia membeli sebesar Rp3.500,00 hingga Rp3.600,00/kg GKG.

"Yang penting, petani tidak dirugikan," katanya.


(U.KR-STR)