Rekayasa penjemuran gabah Bantul produk inovasi daerah

id rekasaya penjemuran gabah

Rekayasa penjemuran gabah Bantul produk inovasi daerah

Kepala UPT Balai benih Pertanian Bantul, DIY Budi Santosa sedang menunjukkan metode pengeringan gabah yang bisa dilakukan saat musim hujan (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (Antara Jogja) - Rekayasa penjemuran gabah yang dikembangkan Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Barongan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi produk inovasi daerah itu.

"Rekayasa penjemuran gabah karya Santosa ini menjadi produk inovasi daerah dan tahun ini diajukan untuk lomba inovasi daerah tingkat nasional," kata Kepala UPT Balai Benih Barongan Desa Sumberagung Budi Santosa di Bantul, Kamis.

Menurut dia, dalam rangka lomba inovasi daerah tingkat nasional itu, pada Kamis (23/3) ini tim dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Kemendagri sudah meninjau dan melihat rekayasa penjemuran gabah didampingi Bupati Bantul dan kepala dinas pertanian.

"Sudah diajukan sehingga tinggal dinilai. Dan sekarang ini indikator baiknya kinerja pemda tidak hanya WTP (wajar tanpa pengecualian) saja, tetapi apa inovasi daerahnya, dan ini mewakili Bantul," katanya.

Budi Santosa selaku penemu rekayasa penjemuran gabah ini menjelaskan, sistem penjemuran gabah temuannya ini berbentuk tenda dengan terpal (kain tidak tembus air) dengan ketinggian kurang lebih 50 meter pada bagian tengah.

Ia mengatakan pada sisi kanan kiri tenda tempat penjemuran gabah itu tanahnya dibuat lebih rendah memanjang untuk membuang atau mengalirkan air hujan. Sebab sistem ini sangat tepat diaplikasikan ketika musim hujan.

"Rekayasa ini saya temukan dua sampai tiga tahun lalu, karena dulu awalnya ada suatu masalah di mana saat musim hujan kita sulit menghasilkan benih padi dengan kualitas standar karena proses pengeringan tidak maksimal," katanya.

Ia mengatakan sistem penjemuran gabah berbentuk tenda di halaman UPT Balai Benih Barongan ini terpalnya dibuat bisa dilepas ketika siang tidak turun hujan, sedangkan ketika hujan atau malam ditutup agar tidak lembab atau terkena hujan.

Budi mengatakan kedua sisi depan belakang tenda dibiarkan terbuka ketika atasnya tertutup terpal ini berfungsi agar udara di sekitar tetap bisa masuk ke dalam tenda yang di dalamnya terdapat gabah yang sedang proses pengeringan.

"Kalau mau nutup disarankan ketika cuaca masih panas sehingga hawa panas masih ada saat ditutup. Ini sangat bagus diterapkan saat musim hujan, termasuk saat kemarau, hanya saja kalau pas kemarau lebih cepat kering," katanya.

(KR-HRI)