Yogyakarta usulkan anggaran Jampersal ke pusat

id jampersal

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengusulkan tambahan anggaran jaminan persalinan ke pusat sebagai salah satu upaya menekan angka kematian ibu melahirkan yang dinilai masih belum sesuai target yang ditetapkan.

"Ada beberapa intervensi yang akan kami lakukan untuk menekan angka kematian ibu melahirkan. Salah satunya adalah mengusulkan anggaran jaminan persalinan (jampersal) ke pusat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini di Yogyakarta, Jumat.

Pengajuan usulan jampersal ke pusat tersebut didasarkan perubahan aturan mengenai penghitungan kasus kematian ibu melahirkan, dari sebelumnya berbasis pada kartu tanda penduduk (KTP) menjadi berbasis domisili.

Pada 2016, target kasus kematian ibu melahirkan tiap 100.000 kelahiran hidup adalah kurang dari 102 persen, namun angka kematian ibu melahirkan di Yogyakarta justru mencapai 104,14 persen.

"Dari tujuh kematian ibu melahirkan di Kota Yogyakarta, hanya empat yang berdomisili di Kota Yogyakarta. Sisanya adalah warga Kota Yogyakarta yang tidak tinggal di Kota Yogyakarta," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Fita, Pemerintah Kota Yogyakarta membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat untuk memberikan fasilitasi terhadap warga dari luar Kota Yogyakarta yang kemudian melahirkan di Kota Yogyakarta. Bantuan tersebut berasal dari jampersal pusat.

"Banyak juga warga dari luar Kota Yogyakarta yang tinggal di Yogyakarta. Tentunya mereka tidak bisa mengakses jaminan kesehatan daerah sehingga dibutuhkan intervensi berupa pemberian bantuan dari pusat," katanya.

Selain bantuan anggaran, lanjut dia, Pemerintah Kota Yogyakarta juga melakukan penanganan terpadu di puskesmas sejak ibu tersebut hamil hingga kemudian melahirkan.

"Dengan demikian, kondisi ibu hamil akan terpantau dari waktu ke waktu. Jika ada hal-hal tidak diinginkan, maka dapat dilakukan penanganan segera. Sekitar 10 hingga 20 persen kematian ibu melahirkan terjadi saat persalinan. Ada hal-hal yang tidak bisa diprediksi saat persalinan, misalnya saja pendarahan secara tiba-tiba," katanya.

Selain angka kematian ibu melahirkan yang masih tinggi, angka kematian bayi pun dinilai masih cukup tinggi. Pada 2016, tercatat 30 kematian dari 3,841 kelahiran hidup di Yogyakarta atau 7,81 persen padahal target yang ditetapkan adalah 6,7 persen.

"Angka kematian bayi ini disebabkan banyak faktor, misalnya kondisi kesehatan ibu hamil. Misalnya ibu hamil mengalami anemia," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu dilakukan penanganan terpadu sejak dari puskesmas. "Pemeriksaan kesehatan ibu hamil harus dilakukan berkala. Pemeriksaan pun dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, psikolog, pendampingan gizi hingga gigi. Semuanya harus dilakukan secara komprehensif," katanya.

Ia berharap, melalui berbagai intervensi yang dilakukan terhadap ibu hamil tersebut dapat menekan angka kematian ibu melahiran dan kematian bayi.
(E013)

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024